BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
HACCP
adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian
yang memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar pengujian
produk akhir. Setiap system HACCP mengakomodasi perubahan seperti kemajuan
dalam rancangan peralatan, prosedur pengolahan atau perkembangan teknologi.
HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai
pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipedomani dengan bukti secara
ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia. Selain meningkatkan keamanan pangan,
penerapan HACCP dapat memberikan ketentuan lain yang penting. Selanjutnya,
penerapan sistem HACCP dapat membantu inspeksi oleh lembaga yang berwenang dan
memajukan perdagangan internasional, melalui peningkatan kepercayaan keamanan
pangan. Keberhasilan penerapan HACCP memerlukan komitmen dan keterlibatan penuh
dari manajemen dan tenaga kerja. Juga mensyaratkan pendekatan dan berbagai
disiplin; pendekatan berbagai disiplin ini harus mencakup keahlian dalarn
agronomi, kesehatan veteriner, produksi, mikrobiologi, obat-obatan, kesehatan
masyarakat, teknologi pangan, kesehatan lingkungan, kimia, perekayasa sesuai
dengan pengkajian yang teliti. Penerapan HACCP sesuai dengan pelaksanaan sistem
manajemen mutu seperti ISO seri 9000 dan merupakan sistem yang dipilih untuk
manajemen keamanan pangan
HACCP
digunakan untuk industri pangan dan tujuan untuk menetapkan produksi yang baik,
sanitasi dan manufaktur untuk menghasilkan pangan yang aman dan untuk pro aktif
dan pencegahan lebih baik daripada menimbulkan reaksi. Jadi, HACCP adalah Suatu
system yang mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul dan cara
pencegahannya untuk mengendalikan bahaya tersebut. Dalam Al – Qur’an dijelaskan
dalam surat Al – Baqarah dan Al – Maidah yang berbunyi :
$ygr'¯»t â¨$¨Z9$# (#qè=ä. $£JÏB Îû ÇÚöF{$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ wur (#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Arßtã îûüÎ7B ÇÊÏÑÈ
Artinya
: Hai sekalian manusia, makanlah yang
halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu. (Q.S. Al – baqarah ayat 168)
(#qè=ä.ur $£JÏB ãNä3x%yu ª!$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# üÏ%©!$# OçFRr& ¾ÏmÎ/ cqãZÏB÷sãB ÇÑÑÈ
Artinya
: “ Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”
(Q.S. Al – Maidah ayat 88)
Pada ayat diatas menjelaskan bahwa
kita (manusia) itu harus makan makanan yang halal, artinya makanan itu harus
terhindar dari patgen, dan tidak mengganggu kesehatan manusia. Oleh karena kita
perlukan HACCP, dimana kita akan menganalisis suatu makanan tertentu dengan
prinsip HACCP itu sendiri yang terdiri dari 7 yaitu identifikasi bahaya, penetapan CCP, penetapan batas / limit kritis,
pemantauan CCP, tindakan koreksi terhadap
penyimpangan, verifikasi, dan dokumentasi.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan
pengertian HACCP, tujuan, serta manfaatnya ?
2.
Jelaskan
proses pembuatan perkedel kentang ?
3.
Jelaskan 7
prinsip HACCP dan disesuaikan dengan hasil survey dalam pembuatan perkedel
kentang ?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian HACCP, tujuan, serta manfaatnya
2.
Mengetahui proses pembuatan perkedel kentang
3.
Mengetahui 7
prinsip HACCP dan disesuaikan dengan hasil survey dalam pembuatan perkedel
kentang
BAB II
HASIL PENELITIAN
PRINSIP
1 - IDENTIFIKASI BAHAYA
FORMULIR
1: IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA
PENCEGAHANNYA
Nama
Masakan : Perkedel kentang
Bahan
:
Bahan yang digunakan
untuk membuat perkedel kentang di
warung makan ibu Nengsih ini terdiri dari bahan utama yaitu:
·
Kentang dikupas
·
Telur dipisah
antara putih dan kuning telurnya
·
Daun bawang
Kemudian bahan kedua
yaitu bahan yang digunakan sebagai bumbunya yaitu terdiri dari:
·
Bawang merah
·
Bawang putih
·
Biji lada
·
Biji pala
·
Garam secukupnya
·
Minyak goreng
Konsumen : Masyarakat/ warga sekitar warung makan ibu nengsih
Cara
penyimpanan : Di warung makan ibu nengsih cara penyimpanan perkedel kentang ini
diletakan di atas piring, kemudian piring tersebut ditaruh di etalase atau
lemari makan yang biasa digunakan pada warung makan umumnya. Kemudian dalam
lemari atau etalase lemari makanan tertutupi oleh
hardeng/penutup makanan.
Cara
distribusi :
Pendistribusian makanan ini dilakukan dengan cara melayani konsumen/pembeli
yang datang secara langsung ketempat warung ibu nengsih. Namun jjka konsumen/pembeli
membeli untuk dibawa pulang maka pendistribusian dilakukan dengan cara
membungkus perkedel kentang ini dengan plastik makanan kemudian di bungkus lagi
menggunakan plastic kresek (plastik jinjing).
Cara
mengkonsumsi : cara menkonsumsi perkedel kentang ini cukup
dengan memakannya langsung sebagai teman nasi atau sebagai cemilan biasa.
Proses
pengolahan :
A. Persiapan bahan
1.
Pertama-tama kentang dikupas terlebih dahulu
2.
Kemudian kentang direbus didalam air yang sudah mendidih selama 30
menit hingga matang
3.
Butir telur, pisahkan
kuning & putihnya
4. Sementara itu, persiapkan bumbu yang akan digunakan bawang merah dan putih
digoreng lalu haluskan.
5. Lada dan pala dihaluskan
6. Batang dan daun bawang
kemudian diiris halus
B.
Cara Pembuatan
1.
Kentang yang sudah direbus segera dihaluskan.
2.
Kentang yang sudah dihaluskan dicampur dengan kuning telur, bawang
merah, bawang putih, merica, pala yang sudah dihaluskan dan daun bawang yang
sudah diiris halus. Berikan sedikit penyedap rasa.
3.
Setelah semua tercampur rata, adonan kentang dibuat
bulatan-bulatan agak pipih. Buat sampai adonan kentang habis.
4.
Panaskan kembali wajan yang sudah diisi minyak goreng dan
dipanaskan.
5.
Gulingkan bulatan kentang pada putih telur lalu goreng hingga
matang kecoklatan.
No
|
Bahan Mentah/
Ingridien/Bahan Tambahan
|
Bahaya B(M)/K/F
|
Jenis Bahaya
|
Cara Pencegahan
|
1
|
Kentang
|
Bahaya
B(M), K dan F
|
1. Bahaya
B(M): Dalam kentang yang digunakan dalam pembuatan perkedel kental ini ternyata
setelah dilihat-lihat ada yang busuk namun hanya dibuang yang busuknya saja
tetapi tetap dipakai hal ini memungkinkan adanya bakteri salmonella yang
muncul, kemudian bisa juga muncul jamur yang pathogen.
2. Bahaya
K yang mungkin muncul bisa berasal dari pertisida yang masih menempel akibat
pencucian yang kurang maksimal
3. Bahaya
F bisa muncul dari wadah yang digunakan bercampur dengan pengolahan bahan
lain dilihat dari dapur ibu nengsih.
|
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegahnya:
dengan cara merendam cucian kentang pada bak wadah menurut ibu nengsih. |
2
|
Telur
|
Bahaya B(M)
|
Adanya
bakteri yang hidup dalam telur dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan pengonsumsinya. Salmonela adalah suatu bakteri yang dapat
menimbulkan keracunan (Salmonella food poisoning), dapat menyebabkan tifus
dan disentri, dengan gejala-gejala seperti mual, muntah, sakit perut, sakit
kepala, kedinginan, demam, dan diare. Bakteri ini dapat menyusup ke dalam
telur sewaktu telur masih dalam “kandungan”, namun yang paling sering setelah
dikeluarkan, terutama apabila kebersihan kandang dan lingkungan kurang
diperhatikan.
|
Pada
saat membeli telur menurut ibu nengsih dipilih dengan cara mencium baunya,
ketika baunya busuk berarti telur itu tidak baik untuk digunakan. Terus
ketika ingin digunakan, sebelum dipecah telur dicuci terlebih dahulu.
|
3
|
Daun bawang
|
Bahaya K dan
F
|
Kandungan kimia dari pestisida yang masih menempel
di daun bawang tersebut yang menyebabkannya jadi bahanya, kemudian, cara ibu
nengsih mencuci bukan di air yang mengalir.dan pisau yang digunakan sama
dengan pisau yang digunakan untuk memotong/mengupas bahan lainnya.
|
Menurut ibu nengsih saat mencuci daun bawang
proses pencuciannya diulang sebanyak tiga kali tidak perlu di beri air yang
mengalir karena keterbatasan kran.
|
4
|
Bawang putih
|
Bahaya K dan
F
|
Bawang putih banyak manfaatnya bagi kesehatan
namun disini bawang putih yang dibeli di pasar umumnya mengandung pestisida
dan bertempat terbuka sehingga menyebabkan terjadinya bakteri yang berkembang
ditambah lagi pada proses pencucian ibu nengsih tidah mencuci di air yang
mengalir dan pisau yang digunakan sama dengan pisau yang digunakan untuk
memotong/mengupas bahan lainnya.
|
Menurut ibu nengsih saat mencuci bawang putih sama
seperti pada saat mencuci daun bawang proses pencuciannya diulang sebanyak
tiga kali tidak perlu diair yang mengalir karena keterbatasan kran.
|
5
|
Bawang merah
|
Bahaya K dan
F
|
Kandungan kimia dari pestisida yang masih menempel
di daun bawang tersebut yang menyebabkannya jadi bahanya, kemudian, kemudian
cara ibu ningsih mencuci bukan di air yang mengalir.dan pisau yang digunakan
sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong/mengupas bahan lainnya.
|
Menurut ibu
nengsih saat mencuci bawang merah sama seperti pada saat mencuci daun bawang
dan bawah putih proses pencuciannya diulang sebanyak tiga kali tidak perlu
diair yang mengalir karena keterbatasan kran.
|
6
|
Garam
|
Bahaya B(M),
K dan F
|
Garam yang digunakan rumah ibu nengsih ini memakai
garam kiloan pasar yang zat yodiumnya perlu dipertanyakan, apalagi dipasar
caringin yang pada biasanya ibu ningsih belanja ini keadaannya jauh dari
kebersihan karena dekat pembuangan sampah pasar.
-keadaan yang kami liat dari garam pada saat
didapur ibu nengsih ini dalam keadaan terbuka.
|
Menurut ibu nengsih garam pasar tidak ada masalah,
mungki pada saat penyimpanannya saja seharusnya ditutup rapat.
|
7
|
Biji Lada
|
Bahaya B(M),
K dan F
|
Cara pembersihan lada yang dilakukan ibu ningsih
bukan dicuci terlebih dahulu tetapi di goreng tanpa minyak/ disanghai
sehingga dapat menyebabkan bakteri atau kotoran masih menempel ditambah lagi
mungkin saja ada bakteri yang tahan panas yang masih bertahan hidup karena
pada saat penggarangan yang dilakukan cuma sebentar.
|
Menurut ibu nengsih lada tidak perlu dicuci karena
nanti pada saat penggarangan sudah panas sehingga tidak mungkin ada bakteri/
mikroba yang akan masuk. Hanya saja pada saat penggarangan dilakukan lebih
lama dari semula.
|
8
|
Biji pala
|
Bahaya B(M),
K dan F
|
Penyimpanan pala ditaruh ditempat bumbu yang
bercampur dengan rempah-rempah lainnya ini dapat menyebabkan kontaminasi
silang kemudian Biji pala tidak dicuci diair yang mengalir sehingga bisa
menyebabkan bakteri berkembang
|
Menurut ibu nengsih mungkin cara dia menyyimpan
rempah-rempah (bumbu-bumbu) harus ditata lagi sehingga tidak tercampur satu
sama lainnya.
|
9
|
Penyedap rasa
|
Bahaya K dan F
|
Mengandung bahan pengawet
|
Mungkin menurut ibu nengsih penyedap rasa bisa
diganti dengan gula dan bisa digunakan asal tidak berlebihan.
|
10
|
Minyak goreng
|
Bahaya B(M),
K dan F
|
Minyak yang digunakan pada proses pengolahan
adalah minyak jelantah yang sebelumnya pernah dipakai 3 X pada 3 hari lalu
untuk membuat menu yang sama yaitu perkedel kentang.
1.
Mengandung asam lemak jenuh yang tinggi yang berbahaya bagi tubuh. Kandungan
kolesterol baik (HDL) semakin berkurang sementara kolesterol buruk (LDL)
semakin meningkat. Hal ini dapat memicu berbagai penyakit seperti hipertensi,
penyumbatan peredaran darah, penyakit jantung, dan stroke. Bahkan lebih dari
itu, minyak jelantah dapat menyababkan kanker colon pada usus besar.
2.Dapat
merusak nutrisi baik yang dikandung makanan
3.
Minyak berwarna pekat sudah mengalami proses degradasi dan oksidasi yang
menjadikan minyak tersebut bersifat toksik (beracun bagi tubuh manusia).
|
Menurut ibu nengsih memang minyak yang digunakan
harusnya minyak yang baru, namun meski demikian minyak bekas penggorengan
menu yang sama juga dapat dipakai asalkan tidak lebih dari 3x pemakaian
karena hal ini dapat membahanyakan kesehatan. Yang penting menurut ibu
nengsih asal warna minyak tidak sampai hitam pekat .
|
FORMULIR 2. ANALISA
RESIKO BAHAYA
Nama
Masakan : Perkedel kentang
No
|
Bahan/Ingridien
|
Kelompok
Bahaya
|
Kategori
Resiko
|
|||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
|||
1
|
Kentang
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
2
|
Telur
|
-
|
-
|
-
|
√
|
√
|
√
|
III(+++)
|
3
|
Daun bawang
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
4
|
Bawang putih
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
5
|
Bawang merah
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
6
|
Garam
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
7
|
Biji pala
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
8
|
Biji Lada
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
9
|
Penyedap
rasa
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
10
|
Minyak goring
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
FORMULIR
3. PENERAPAN HACCP
Nama Makanan : Perkedel Kentang
Bahan
|
CCP
|
Bahaya
|
Cara Pengendalian
|
Parameter CCP
|
Batas
Kritis
|
Nilai
target
|
Pemantauan
|
Tindakan
Koreksi
|
Kentang
|
Iya
|
Biologi kimia fisika
|
Direndam dengan air
|
Warnanya berubah
|
Ketika warnanya menjadi hitam
|
Suhu 25o
|
Kentang
yang digunakan ada yang baik dan ada beberapa yang buruk
|
Kentang disimpan ditempat yang tidak lembab
|
Telur
|
Tidak
|
Biologi fisika kimia
|
Disimpan
di tempat telur didalam kulkas (lemari es) tidak disimpan di dekat bahan yang
berbau mencolok
|
Baunya
berubah menjadi busuk dan warnanya pun berubah
|
Menjadi hitam dan bau busuk
|
-5 – 5o C
|
Di simpan pada tempat yang kurang baik dan
masih berada dalam kantong plastic belanjaan
|
Disimpan
di tempat telur didalam kulkas (lemari es) tidak disimpan di dekat bahan yang
berbau mencolok
|
Daun bawang
|
Tidak
|
Biologi fisika kimia
|
Dicuci
pada air yang mengalir sebanyak tiga kali
|
Layu,
tidak segar, berubah warna dan busuk
|
Bewarna
coklat kehitam-hitaman dan busuk
|
Suhu
ruangan
|
Ditaruh
di wadah baki terbuka dan tidak dicuci diair yang mengalir dan pisau yang
digunakan untuk memotong sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong
bahan lainnya
|
Proses
penyimpanan harusnya ditaruh dikulkas Sebaiknya
saat membersihkan daun bawang/bahan-bahan lainnya tempat dipisahkan tidah
didalam tempat yang sama dengan bahan-bahan lainnya,kemudian cara pencucian
baiknya dilakukan di air yang mengalir agar mikroba tidah menempel kembali
dibahan makanan tersebut.
|
Bawang putih
|
Tidak
|
Biologi fisika kimia
|
Dicuci
pada air yang mengalir sebanyak tiga kali kemudian wadah baki rempah-rempah
tidak dicampur dengan bahan yang lainnya.
|
Layu,
tidak segar, berubah warna dan busuk
|
Ketika
Layu, tidak segar, berubah warna dan busuk
|
Suhu
ruangan
|
Ditaruh
di wadah baki terbuka dan tidak dicuci diair yang mengalir dan pisau yang
digunakan untuk memotong sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong
bahan lainnya
|
Setelah membeli dipasar hendaknya pada proses
pembuatan bahan-bahan yang digunakan dikupas dan dicuci dengan menggunakan
alat-alat yang bersih diair yang mengalir sebanyak tiga kali. Kemudian
alat-alat yang digunakan dipisah antara yang satu dengan yang lainya.
|
Bawang merah
|
Tidak
|
Biologi fisika kimia
|
Dicuci
pada air yang mengalir sebanyak tiga kali kemudian wadah baki rempah-rempah
tidak dicampur dengan bahan yang lainnya.
|
Layu,
tidak segar, berubah warna dan busuk
|
Ketika
Layu, tidak segar, berubah warna dan busuk
|
Suhu
ruangan
|
Ditaruh
di wadah baki terbuka dan tidak dicuci diair yang mengalir dan pisau yang
digunakan untuk memotong sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong
bahan lainnya
|
Setelah membeli dipasar hendaknya pada proses
pembuatan bahan-bahan yang digunakan dikupas dan dicuci dengan menggunakan
alat-alat yang bersih diair yang mengalir sebanyak tiga kali.. Kemudian
alat-alat yang digunakan dipisah antara yang satu dengan yang lainya.
|
Garam
|
Iya
|
Biologi fisika kimia
|
Ditaruh
ditempat yang sejuk dan ditutup rapat
|
Jika
sudah berair dan berubah warna
|
Jika
sudah berair dan berubah warna
|
Suhu
ruangan
|
Garam
ditaruh ditempat terbuka dan tidak tertutup rapih.
|
Sebaiknya
garam ditaruh ditempat yang sejuk dan ditutup rapat
|
Biji Pala
|
Tidak
|
Biologi fisika kimia
|
Ditaruh
ditempat bumbu yang terpisah dan tertutup rapih.
|
Jika
sudah berjamur dan berubah warna, rasa dan bau.
|
Jika
sudah berjamur dan berubah warna, rasa dan bau.
|
Suhu
ruangan
|
Ditaruh
di tempat wadah baki yang tercampur dengan bumbu-bumbu/rempah-rempah yang
lain.
|
Sebaiknya
biji pala ditaruh ditempat sendiri tidak tercampur dengan rempah-rempah
lainnya kemudian pada saat pencucian
dicuci dengan menggunakan alat-alat yang bersih diair yang mengalir sebanyak
tiga kali.. Kemudian alat-alat yang digunakan dipisah antara yang satu dengan
yang lainya.
|
Biji Lada
|
Tidak
|
Biologi fisika kimia
|
Ditaruh
ditempat bumbu yang terpisah dan tertutup rapih.
|
Jika
sudah berjamur dan berubah warna, rasa dan bau.
|
Jika
sudah berjamur dan berubah warna, rasa dan bau.
|
Suhu
ruangan
|
Ditaruh
di tempat wadah baki yang tercampur dengan bumbu-bumbu/rempah-rempah yang
lain.
|
Sebaiknya
biji pala ditaruh ditempat sendiri tidak tercampur dengan rempah-rempah
lainnya kemudian pada saat pencucian
dicuci dengan menggunakan alat-alat yang bersih diair yang mengalir sebanyak
tiga kali.. Kemudian alat-alat yang digunakan dipisah antara yang satu dengan
yang lainya.
|
Penyedap rasa
|
Tidak
|
Biologi fisika kimia
|
Ditaruh
ditempat bumbu yang terpisah dan tertutup rapih.
|
Jika
sudah lembab,bergerumbul,berubah warna,rasa dan baunya.
|
Jika
sudah lembab,bergerumbul,berubah warna,rasa dan baunya.
|
Suhu
ruangan
|
Ditaruh
ditempat terbuka
|
Ditaruh
ditempat bumbu yang terpisah dan tertutup rapih.
|
Minyak goreng
|
Iya
|
Biologi fisika kimia
|
Ditaruh
dibotol minyak goreng yang tertutup rapih
|
Jika
sudah bewarna hitam pekat.
|
Jika
sudah bewarna hitam pekat.
|
Suhu
ruangan
|
Ditaruh
dirantang baki ditempat terbuka
|
Ditaruh
dibotol minyak goreng yang tertutup rapih
|
PRINSIP – 2 PENETAPAN CRITICAL CONTROL POINT (CCP)
CCP à titik,
prosedur atau tahap operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan
atau mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya. Pengelompokan &
Cara penetapan CCP :
v CCP1 à menghilangkan
atau mencegah bahaya
v CCP2 à mengurangi
bahaya (tdk dpt menghilangkan)
v Pertanyaan :
Apakah bahan mentah mungkin mengandung sensitive bahan berhaya
(mikrobiologi/kimia/fisik)
Jawaban :
Ya.
Pertanyaan :
Apakah penanganan/pengolahan (termasuk cara mengkonsumsi) dapat menghilangkan
atau mengurangi bahaya ?
Jawaban :
Ya. Artinya bukan CCP.
v Pertanyaaan :
Apakah komposisi/formulasi adonan/resep penting untung mencegah terjadinya
bahaya ?
Jawab :
Ya. Artinya sudah melakukan CCP (Critical control point).
PRINSIP – 3 PENETAPAN BATAS / LIMIT KRITIS
- Suhu à untuk penyimpanan bahan mentah yang akan digunakan esok hari
beliau suka menyimpannya didalam kulkas, dan suhu nya itu sesuai dengan
kulkas itu sendiri
- Konsentrasi Pengawet à pada pembuatan perkedel kentang tidak menggunakan pengawet dalam
proses penglahannya
- Konsentrasi Garam à Garam yang digunakan pada perkedel kentang yang dilakukan oleh
Ibu Nengsih diberikan secukupnya, dan menggunakan garam biasa
- Kondisi fisik terdeteksi (warna, bau,
tekstur) à Warna dari
perkedel tersebut adalah warna nya kuning keemasan. Dan tekstur yang ada
di warteg tersebut bagus, dan enak rasanya.
PRINSIP
4 – PEMANTAUAN BATAS KRITIS
Pada
saat kami menanyakan kepada Ibu Nengsih tentang pemilihan bahan – bahan mentah,
beliau beli di warung atau di pasar Caringin. Cara pembuatan membuat beliau
adalah Pertama-tama
kentang dikupas terlebih dahulu. Kemudian kentang direbus didalam air yang sudah
mendidih selama 30 menit hingga matang . Butir telur, pisahkan kuning &
putihnya. Sementara itu, persiapkan
bumbu yang akan digunakan bawang merah dan putih digoreng lalu haluskan. Lada dan pala dihaluskan . Batang dan daun
bawang kemudian diiris halus. Cara Pembuatan dimulai dari kentang yang sudah
direbus segera dihaluskan.Kentang yang sudah dihaluskan dicampur dengan kuning
telur, bawang merah, bawang putih, merica, pala yang sudah dihaluskan dan daun
bawang yang sudah diiris halus. Berikan sedikit penyedap rasa. Setelah semua
tercampur rata, adonan kentang dibuat bulatan-bulatan agak pipih. Buat
sampai adonan kentang habis. Panaskan kembali wajan yang sudah diisi minyak
goreng dan dipanaskan. Gulingkan bulatan kentang pada putih telur lalu goreng
hingga matang kecoklatan.
Hasil
dari wawancara kami, ternyata untuk penyimpanan perkedel kentang ini diletakan
di atas piring, kemudian piring tersebut ditaruh di etalase atau lemari makan
yang biasa digunakan pada warung makan umumnya. Kemudian dalam lemari atau
etalase lemari makanan tertutupi oleh
hardeng/penutup makanan.
Sedangkan
cara pendistribusian makanan ini dilakukan dengan cara melayani
konsumen/pembeli yang datang secara langsung ketempat warung ibu nengsih. Namun
jjka konsumen/pembeli membeli untuk dibawa pulang maka pendistribusian
dilakukan dengan cara membungkus perkedel kentang ini dengan plastik makanan
kemudian di bungkus lagi menggunakan plastic kresek (plastik jinjing).
1)
Terjadi bahaya
kesehatan : Pada saat melakukan pemantauan ternyata proses pembuatan perkedel
kentang ini menggunakan ada beberapa yag
menggunakan wadah (tempat) dalam proses pembuatan perkedel tersebut yang
wadahnya itu ada yang pecah. Dan waktu itu pada saat penyajian perkedel kentang
tersebut, kami sempat melihat ada lalat yang meempel pada makanan tersebut,
sehingga dapat mengakibatkan pathogen bagi kesehatan tubuh konsumen.
2)
Mutu bahan mentah tidak memenuhi syarat à ada beberapa bahan mentah
yag tidak memenuhi syarat seperti miyak yang digunakan harusnya menggunakan
minyak yang baik dan sekali pakai
3)
Produk diolah
pada kondisi yang tidak menjamin kesehatan
4)
Kemungkinan
bahaya dapat meningkat / berkembang
PRINSIP – 5 : TINDAKAN KOREKSI
Tingkat resiko
|
Tindakan koreksi / perbaikan
|
Makanan beresiko tinggi
|
v Makanan tidak boleh diproses/diolah sebelum semua
penyimpangan dikoreksi / diperbaiki.
v Makanan ditahan / tidak didistribusikan dan diuji keamanannya
v Jika keamanan makanan tidak memenuhi syarat, perlu
dilakukan tindakan koreksi yang tepat.
|
Makanan beresiko sedang
|
v Makanan dapat diproses/diolah, tetapi penyimpangan
harus dikoreksi dalam waktu singkat
v Pemantauan khusus diperlukan sampai semua
penyimpangan dikoreksi
|
Makanan beresiko rendah
|
v Makanan dapat diolah (diteruskan), penyimpangan
harus dikoreksi / diperbaiki jika waktu memungkinkan.
v Pengawasan rutin harus dilakukan untuk menjamin
status resiko tidak berubah menjadi resiko sedang atau tinggi.
|
Perkedal
kentang ini termasuk kedalam makanan beresiko sedang yaitu Makanan dapatdiproses/diolah, tetapi
penyimpangan harus dikoreksi dalam waktu singkat kemudian pemantauan khusus
diperlukan sampai semua penyimpangan dikoreksi.
Pada proses pengolahan perkedel kentang ini banyak
hal yang menyimpang tentang cara pengolahan,penyimpanan bahan dan penyajian
diantaranya yaitu cara pembersihan bahan makanan yang tidak sesuai kemudian pengguanaan bahan yang tidah
seharusnya dipakai dan penyajian makanan dan pengemasan yang kurang memenuhi
standar kesehatan. Namun disini pemilik warung makan yaitu ibu nengsih tidak
malu mengakui dan bahkan cenderung mau bertukar fikiran mengenai bagaimana cara
memperbaiki mutu makanan ya ng menjadi menu favorit warung makan milik beliau
ini. Kemudian setelah banyak masukan-masukan yang kami lakukan dengan beliau,
beliau dengan baik merespon dan langsung memperbaiki hal-hal yang dianggap
salah pada saat pengolahan.
PRINSIP – 6 : VERIFIKASI : Verifikasi
ini dilakukan apabila kita melakukan tinjauan tersendiri tentang HACCP yang
kita lakukan. Untuk kali ini tidak melakukan verifikasi.
PRINSIP – 7 : DOKUMENTASI HACCP
è Keadaan bahan mentah di Warung
(Kentang) (Telur) (Daun
Bawang)
(Minyak
Goreng) (Bawang Putih) (Bawang Merah)
(Vetsin/Penyedap rasa) (Garam) (Biji
Lada)
(Proses Pencucian Kentang) (Minyak jelantah) (Kentang pada saat mau di
kupas)
Penyajian Perkedel
kentang Etalase ditutup dengan gordeng
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian
HACCP
Hazard
Analisis Critical Control Point (HACCP), atau Analisis Bahaya Pada Titik Pengendalian Kritis (ABTKK),
sebuah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya,
tindakan-tindakan pengendalian dalam proses persiapan makanan dimana
pengendalian adalah bagian penting dalam memastikan keamanan makanan.
Apabila kita mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas mikroorganisme, kita dapat memperhatikan
kapan bahaya dapat muncul dan juga mencegah atau mengendalikan bahaya tersebut.
Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran dari HACCP untuk menciptakan keamanan pada persiapan makanan yang pertmama kali
dikembangkan oleh NASA ( American National Air and Space Administration).
HACCP adalah suatu alat (
tools) yang digunakan untuk menilai tingkat bahaya, menduga perkiraan risiko
dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan, dengan menitikberatkan pada pencegahan
dan pengendalian proses dari pada pengujian produk akhir yang biasanya
dilakukan dalam cara pengawasan tradisional (Suklan, 1998).
Hazard Analysis, adalah
analisis bahaya atau kemungkinan adanya risiko bahaya yang tidak dapat
diterima. Bahaya disini adalah segala macam aspek mata rantai produksi pangan
yang tidak dapat diterima karena merupakan penyebab masalah keamanan pangan.
Bahaya
tersebut meliputi :
-
keberadaan yang tidak dikehendaki dari pencemar biologis, kimiawi, atau fisik
pada bahan mentah.
-
Pertumbuhan atau kelangsungan hidup mikroorganisme dan hasil perubahan kimiawi
yang tidak dikehendaki (misalnya nitrosamin) pada produk antara atau jadi, atau
pada lingkungan produksi.
-
Kontaminasi atau kontaminasi ulang ( cross contamination) pada produk
antara atau jadi, atau pada lingkungan produksi.
Critical
Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis),
adalah langkah dimana pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk
mencegah atau menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik aman (Bryan,
1995). Titik pe ngendalian kritis (CCP) dapat berupa bahan mentah, lokasi,
praktek, prosedur atau pengolahan dimana pengendalian dapat diterapkan
untukmmencegah atau mengurangi bahaya. Ada dua titik pengendalian kritis:
-
Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1), adalah sebagai titik dimana bahaya dapat
dihilangkan
-
Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2), adalah sebagai titik dimana bahaya
dikurangi.
Meskipun
aplikasi HACCP pada umumnya dilakukan di dalam industri pengolahan pangan,
tetapi pada prinsipnya dapat dilakukan mulai dari produksi bahan baku sampai
pemasaran dan distribusi. Hal ini disebabkan beberapa kontaminasi, misalnya
logam berat, pestisida, dan mikotoksin yang mungkin mencemari bahan baku pada
waktu produksi, sangat sulit dihilangkan dengan proses pengolahan.
Oleh
karena itu pengawasan terhadap bahan -bahan berbahaya tersebut harus dimulai
dari saat produksi bahan baku. HACCP tidak hanya diterapkan dalam industri
pangan modern, tetapi juga diterapkan dalam produksi makanan katering/jasa
boga, makanan untuk hotel dan restoran, bahkan dalam pembuatan makanan jajanan.
3.2
Sejarah HACCP
v
Pertama kali diperkenalkan pada Pengawas Keamanan Makanan
di AS
v WHO/International Commision on Microbiological Spesification for
Foods (ICMSF) melaporkan konsep WHO
v WHO Eropa menyarankan HACCP
v National Research Council (NRC)- AS menyarankan HACCP
v ICMSF membukukan HACCP
v CODEX memasukkan HACCP
o WHO dan FAO terlibat dalam penerbitan petunjuk teknis
v CODEX menerbitkan dokumen baru
§ Pelaksanaan HACCP merupakan
syarat mutlak di Masyarakat Ekonomi Eropa
§ Industri pengalengan ikan
dan produk ikan yang dipasarkan di AS wajib diproduksi dengan prinsip-prinsip
HACCP
v USFDA (US Food and Drgug Admnistration) mewajibkan
semua industri pangan ukuran menengah dan kecil menerapkan HACCP
Sistem jaminan keamanan
pangan
Pada awalnya, sistem jaminan
keamanan pangan mengandalkan pada dua tipe langkah:
a. Tindakan yang dilakukan selama proses pemilihan bahan mentah,
pengolahan, transprtasi dan distribusi termasuk desain, layout dan pembersihan
tempat untuk menghasilkan produk pangan yang aman. Tindakan-tindakan tersebut biasanya sudah
ditetapkan dalam sebuah pedoman cara produksi makanan yang baik (Codes of
Good Hygienic or Good Manufacturing Practice (GHP –GHP))
b. Tindakan yang dilakukan
untuk meyakinkan bahwa makanan betul-betul aman. Untuk keperluan ini, industi
melakukan pengetesan “produk-akhir” terhadap
kontaminasi, dan instansi pengawasan makanan melakukan inspeksi terhadap
lokasi dan mengadakan tes yang independen.
Otoritas pengawas makanan
juga menginspeksi pemenuhan GHP/GMP dan melaksanakan pengujian produk akhir
secara independen. Sistem inspeksi memiliki banyak kelemahan. Dibanding dengan yang lainnya sistem ini berdasarkan pada inspeksi
jangka pendek, dan tidak pada apa yang terjadi pada jangka waktu yang panjang. Test produk akhir yang dilakukan sendiri oleh industri yang
bersangkutan yang berfungsi sebagai auto-control atau oleh pengawas makanan
sangat mahal, makan waktu dan tidak dapat dipercaya.
Cara Produksi yang Baik + Cara produksi yang Higienis = Penting; tetapi tidak
mencukupi untuk menjamin bahan pangan aman
Industri makanan dan
otoritas kesehatan masyarakat menyadari keterbatasan dari pendekatan ini untuk
menjamin kualitas. GMP dan GHP menyediakan petunjuk dasar untuk memproduksi makanan yang aman,
tetapi tidak selalu mencukupi oleh mereka sendiri. Satu hal penting, kode-kode
yang ada hanya untuk petunjuk-petunjuk umum, dan tidak spesifik terhadap
makanan atau prosesnya. Jadi, terdapat resiko yang tidak terukur yang penting
bagi keamanan pangan. Ketentuan-ketentuan kode berdasarkan atas pengalaman masa
lalu dan tidak menampung perkembangan-perkembangan baru. Biasanya kode tersebut
hanya berisi tentang petunjuk yang bersifat kualitatif alami, hal ini
menyulitkan untuk mengontrol pemenuhannya. Juga
pendekatan dengan pemenuhan kode tidak menyediakan.
3.3
Tujuan Penerapan HACCP
Umum
Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah atau mengurangi
kasus keracunan dan penyakit melalui makanan (“Food born disease”).
Khusus
v Mengevaluasi cara produksi mkn à bahaya ?
v Memperbaiki cara produksi mkn à critical process
v Memantau & mengevaluasi penanganan, pengolahan,
sanitasi
v Meningkatkan inspeksi mandiri
3.4
Manfaat HACCP
Terdapat beberapa
keuntungan pokok yang diperoleh pemerintah dan instansi kesehatan serta konsumen dari penerapan HACCP sebagai alat
pengatur keamanan makanan:
1. HACCP adalah suatu
pendekatan yang sistematis yang dapat diterapkan pada semua aspek dari
pengamanan makanan, termasuk bahaya secara biologi, kimia, dan fisik pada
setiap tahapan dari rantai makanan mulai dari bahan baku sampai penggunaan
produk akhir.
2. HACCP dapat
memberikan dasar nuansa statistik untuk mendemonstrasikan kegiatan yang dapat
atau mungkin dilakukan untuk mencegah terjadi bahaya sebelum mencapai konsumen.
3. Sistem HACCP
memfokuskan kepada upaya timbulnya bahaya dalam proses pengolahan makanan.
4. Penerapan HACCP
melengkapi sistem pemeriksaan oleh pemerintah sehingga pengawasan menjadi
optimal.
5. Pendekatan HACCP
memfokuskan pemeriksaan kepada tahap kegiatan yang kritis dari proses produksi
y ang langsung berkaitan dengan konsumsi makanan.
6. Sistem HACCP
meminimalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi makanan.
7. Dapat meningkatkan
kepercayaan akan keamanan makanan olahan dan karena itu mempromosikan
perdagangan dan stabilitas usaha makanan (Suklan, 1998).
3.5 Prinsip HACCP
1) Identifikasi
bahaya
Pada bagian ini
mempelajari jenis -jenis mikroorganisme, bahan kimia dan benda asing terkait
yang harus didefinisikan. Untuk dapat melakukan ini, tim harus memeriksa
karakteristik produk serta bahaya yang akan timbul waktu dikonsumsi oleh
konsumen. Terdapat tiga bahaya (hazard) yang dapat menyebabkan makanan
menjadi tidak aman untuk dikonsumsi, yaitu hazard fisik, kimia, dan
biologi. Bahaya fisik termasuk benda -benda seperti pecahan logam, gelas, batu,
yang dapat menimbulkan luka di mulut, gigi patah, tercekik ataupun perlukaan
pada saluran pencernakan. Bahaya kimia antara lain pestisida, zat pembersih,
antibiotik, logam berat, dan bahan tambahan makanan. Bahaya biologi antara lain
mikroba patogen (parasit, bakteri), tanaman, dan hewan beracun.
Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah:
a. Formulasi; adalah bahan mentah dan
bahan baku yang dapat mempengaruhi keamanan dan kestabilan produk.
b. Proses; adalah parameter proses
pengolahan yang dapat mempengaruhi bahaya.
c.
Kemasan; adalah perlindungan terhadap kontaminasi ulang dan pertumbuhan mikroorganisme
d. Penyimpanan/penanganan; adalah waktu
dan kondisi suhu serta penanganan di dapur dan penyimpanan di etalase.
e.
Perlakuan konsumen; digunakan oleh konsumen atau ahli masak professional.
f. Target grup; yaitu
pemakai akhir makanan tersebut (bayi, orang dewasa, lanjut usia)
Semua faktor ini harus dipertimbangkan
untuk menentukan risiko serta tingkat bahaya yang dikandungnya. Tiap -tiap
pengawasan/studi harus memeriksa mikroorganisme tertentu, bahan kimia atau
pencemar fisik yang mungkin mempengaruhi keamanan produk tertentu. Pengendalian
dapat didefinisi kan secara tepat dengan cara ini.
Membuat Diagram Alir
Diagram tersebut harus menjelaskan bahan
mentah/baku, tahap pengolahan dan pengemasan, serta mencakup data yang
diperlukan untuk analisis bahaya mikrobilogis, kimia, dan benda -benda asing
termasuk informasi tentang kemungkinan terjadinya kontaminasi.
2) Penetapan
CCP
Setelah
diagram alir tersedia kemudian mengenali titik -titik yang berpotensi untuk
menimbulkan, menghilangkan atau mengurangi bahaya. CCP ditetapkan pada setiap
tahap proses mulai dari awal produksi suatau makanan hingga sampai ke konsumsi.
Pada setiap tahap ditetapkan jumlah CCP untuk bahaya mirobiologis, kimia,
maupun fisik. Pada beberapa produk pangan, formulasi makanan mempengaruhi
tingkat keamanan nya, oleh karena itu CCP pada produk semacam ini diperlukan
untuk mengontrol beberapa parameter seperti pH, aktivitas air (aw),
dan adanya bahan tambahan makanan.
3) Penetapan
batas / limit kritis
Batas kritis adalah nilai yang
memisahkan antara nilai yang dapat diterima dengan nilai yang tidak dapat
diterima pada setiap CCP. Titik pengendalian kritis (CCP) dapat merupakan bahan
mentah/baku, sebuah lokasi, suatu tahap pengolahan, praktek atau prosedur
kerja, namun harus spesifik, misalnya:
- Tidak adanya pencemar tertentu dalam
bahan mentah/baku.
-
Standar higienis dalam ruangan pemasakan /dapur
4) Pemantauan
CCP
Dalam sistem HACCP, pemantauan atau monitoring
didefinisikan sebagai pengecekan bahwa suatu prosedur pengolahan dan penanganan
pada CCP dapat dikendalikan atau pengujian dan pengamatan yang terjadwal
terhadap efektivitas proses untuk mengendalikan CCP dan limit kritisnya dalam
menjamin keamanan produk. Biasanya perlu juga dicantumkan frekuensi pemantauan
yang ditentukan berdasarkan pertimbangan praktis. Lima macam pemantauan yang
penting dilaksanakan antara lain: pengamatan, evaluasi, sensorik, pengukuran
sifat fisik, pengujian kimia, pengujian mikrobiologi.
5) Tindakan
koreksi terhadap penyimpangan
Tindakan
perbaikan adalah kegiatan yang dilakukan bila berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan telah terjadi penyimpangan dalam CCP pada batas kritis tertentu
atau nilai target tertentu atau ketika hasil pemantauan menunjukkan
kecenderungan kurangnya pengendalian.
6) Verifikasi
Sistem
verivikasi mencakup berbagai aktifitas seperti inspeksi, penggunaan metode
klasik mikrobiologis dan kimiawi dalam menguji pencemaran pada produk akhir
untuk memastikan hasil pemantauan dan menelaah keluhan konsumen. Contoh produk
yang diperiksa dapat digunakan untuk memeriksa keefektifan sistem. Namun
demikian verivikasi tidak pernah menggantikan pemantauan. Verifikasi hanya
dapat memberikan tambahan informasi untuk meyakinkan kembali kepada produsen
bahwa penerapan HACCP akan menghasilkan produksi makanan yang aman (ILSI-Eropa,
1996).
7) Dokumentasi
Penyimpanan data merupakan bagian
penting pada HACCP. Penyimpanan data dapat meyakinkan bahwa informasi yang
dikumpulkan selama instalasi, modikasi, dan operasi sitem akan dapat diperoleh
oleh siapapaun yang terlibat proses, juga dari pihak luar (auditor).
Penyimpanan data membantu meyakinkan bahwa sistem tetap berkesinambungan dalam
jangka panjang. Data harus meliputi penjelasan bagaimana CCP didefinisikan,
pemberian prosedur pengendalian dan modifikasi system pemantauan, dan
verifikasi data serta catatan penyimpangan dari prosedur normal.
3.6
Pembahasan pelaksanaan HACCP
Dalam penelitian ini,
kami memilih jenis makanan warteg yaitu “Perkedel kentang”. Perkedel kentang
merupakan salah satu makanan teman nasi yang bias dikonsumsi masyrakat pada
saat kapan saja dan dimana saja. Perkedel memeiliki bahan baku yaitu
kentang,telur, daun bawang, bawang putih, minyak, biji lada, biji pala,
penyedap rasa, garam, bawang merah.
1.
Pemilihan
Sebelum kita membuat
menu makanan “perkedel kentang”. Kita akan mempersiapkan bahan – bahannya
terlebih dahulu. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang digunakan
adalah kentang,telur, daun bawang, bawang putih, minyak, biji lada, biji pala,
penyedap rasa, garam, bawang merah. Agar makanan yang dimakan oleh konsumen,
dari awa kita harus bias memilih bahan mentah yang akan siolah menjadi suatu
makanan dengan baik. Penjelasan pemilihan bahan mentah kentang tersebut akan
dijelaskan dibawah ini :
a. Kentang
: Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut
"kentang" pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan.
Cara memilih kentang yang baik adalah tidak bertunas
dan tidak berlubang, karena bisa mengakibatkan pembusukan akibat masuknya
mikroba. Hindari kentang dengan bercak kehijauan, karena selain rasanya agak
pahit kualitas gizinya sudah menurun. Simpanlah dalam plastik tertutup ditempat
kering dan terlindung dari sinar matahari.
Untuk umbi-umbian
seperti kentang dan singkong yang baik belum timbul warna biru pada
permukaan kulit maupun isinya. Seluruh bagian sayuran, mulai dari kulit, batang, isi dan
daun tidak busuk, berulat dan cacat akibat gigitan serangga atau hewan.
Menurut fakta dimasyarakat, Ibu Nengsih (penjual
perkedel kentang memilih kentang itu yang masih segar, dan memilih yang tidak
penyok. Beliau membeli kentang itu di pasar Caringin. Kondisi di pasar Caringin
itu tidak begitu steril karena tempatnya yang berdekaan dengan tumpukan sampah
dan bias saja terkontaminasi kentang tersebut. Selain itu tempatnya yang kurang
bagus dan bersih,sehingga bias saja menimbulkan bakteri itu ada.
b.
Telur
: Pada saat membeli telur menurut ibu nengsih dipilih dengan cara mencium
baunya, ketika baunya busuk berarti telur itu tidak baik untuk digunakan. Terus
ketika ingin digunakan, sebelum dipecah telur dicuci terlebih dahulu. Ibu
Nengsih membeli telur di warung Pa H. Dadang dimana ditempat ini telur yang ada
yaitu telur yang baru dan tidak berbau busuk. Tapi untuk memastikan bahwa telur
yang kita gunakan benar – benar baik maka hendaknya pilih telur yang memenuhi
point – pppoint dibawah ini :
v Kulit telur tampak bersih
dan kuat, tidak pecah, retak atau bocor.
v Tidak terdapat noda atau
kotoran pada kulit.
v Bentuknya bulat lonjong
dengan diameter terbesar berada di tengah.
v Kalau digoyangkan tidak
berbunyi.
v Jika di teropong, kuning
telurnya ditengah dan tidak ada bercak darah.
v Jika dicelupkan dalam air
akan tenggelam.
v Kulit telur kering dan
tidak basah akibat dicuci.
v Mempunyai lapisan zat
tepung pada permukaan kulit.
v Kondisi cangkang telur tidak retak
v Ukuran telur tidak terlalu kecil dan tidak
terlalu besar
v Warna telur tidak pucat atau terlalu
gelap
v Bersih dari berbagai kotoran atau pun noda
v Tektur kulit telur halus mulus dan tidak kasar
v Tenggelam di dalam air jika dimasukkan ke
dalam air tidak terapung
v Apabila diteropong terlihat jernih dan kuning
telur ada di tengah telur
v Baunya normal tidak berbau busuk
v Bentuk lonjong telur normal tidak bulat dan
tidan ceper sekali
v Pilih yang dikemas dengan baik dan mengandung
omega 3
Dalam membeli telur ayam, telur
bebek, telur puyuh, dan telur-telur lainnya perlu memperhatikan cara pemilihan
telur yang berkualitas baik agar telur yang kita beli dari penjual telur bagus
kondisinya, tahan lama, bisa dimasak menjadi makanan enak, enak dilihat, dan
lain sebagainya. Walaupun harga telur relatif murah, namun kita tetap harus
pilih telor-telor dengan kualitas terbaik.
c.
Daun
Bawang
Menurut ibu nengsih, memilih daun bawang itu dipilih
dengan yang segar, tidak layu. Beliau membelinya di warung
Pa H. Dadang dimana ditempat ini daun bwang itu dibeli di pasar Caringin, dan
bisa penyimpanannya itu tidak dteril.
Daun
bawang merupakan bahan makanan pelengkap dan penyedap pada aneka masakan.
Selain kegunaannya yang multifungsi, daun bawang ini juga membutuhkan
penanganan yang tepat sebelum digunakan. Aroma yang sedap dari daun bawang ini
memiliki daya tarik tersendiri saat mencium kepulan uap dari aneka masakan yang
menggunakan bahan ini. Dengan aromanya yang sedap dan wangi ini, mampu
menggugah selera.
Selain
keunggulan yang dimiliki daun bawang ini adalah aroma wangi sedap, juga
memiliki rasa cenderung manis dan lembut. Daun bawang ini juga mengandung
vitamin C dan sumber serat makanan yang baik untuk kesehatan. Bahkan bagian
daun yang berwarna hijau, mengandung beberapa zat Beta Karoten.
Sebelum
digunakan, tentunya daun bawang ini di bersihkan dengan tepat, karena daun
bawang merupakan jenis tanaman sayur yang dinilai menyembunyikan banyak kotoran
di antara celah daun. Untuk itu perlu mencuci daun bawang ini dengan baik dan
benar. cara mencuci daun bawang ini agar benar-benar bersihYaitu potong atau
iris daun bawang sesuai selera, kemudian cuci di bawah air yang mengalir hingga
bersih dan pastikan kotoran luntur.
Untuk memilih sayuran yang baik itu
adalah sayuran berupa daun, batang, akar/umbi, bunga, buah harus
dalam keadaan segar, tidak layu dan
utuh. Indikator kesegaran dapat dilihat dari kulit atau penampang luar sayur
yang tegar dan berwarna cerah. Jika berwarna hijau, tolak ukur kesegaran
terletak pada klorofil (zat hijau daun) yang cerah.
d.
Bawang
merah
Menurut ibu nengsih saat memilih
bawang merah itu yaitu bawang merah yang segar, dan beliau beli di warung pa H.
dadang.
Untuk
memilih sayuran yang baik itu adalah sayuran berupa daun, batang, akar/umbi, bunga,
buah harus dalam keadaan segar, tidak layu dan utuh. Indikator kesegaran dapat
dilihat dari kulit atau penampang luar sayur yang tegar dan berwarna cerah.
Jika berwarna hijau, tolak ukur kesegaran terletak pada klorofil (zat hijau
daun) yang cerah.
Memilih dan menyimpan bawang ada
cara tersendiri.
v Pilih bawang yang umbinya keras dan
bulat dengan kulit seperti kertas yang bersih
v Hindari bawang putih yang mulai
bertunas
v Simpan ditempat yang dingin dan
kering karena udara lembab akan membuat bawang bertunas, dan udara yang terlalu
panas membuat bawang putih menjadi bubuk keabuan
v Untuk daun bawang pilih yang daunnya
segar dan sehat, bagian putih harus keras dan tidak cacat
v Karena bagian daun tidak tahan lama
sebaiknya beli secukupnya saja
v Untuk daun bawang lokio atau
kembang, bawang pilih yang warnanya hijau merata dan gemuk.
v Pilih kembang bawang yg bunga yang
belum mekar pertanda masih muda dan lebih empuk dibanding yang bunganya sudah
terbuka
e. Bawang putih
Menurut ibu nengsih saat
memilih bawang putih itu yaitu bawang putih yang segar, dan beliau beli beli di
warung pa H. dadang.
Untuk
memilih sayuran yang baik itu adalah sayuran berupa daun, batang, akar/umbi, bunga,
buah harus dalam keadaan segar, tidak layu dan utuh. Indikator kesegaran dapat
dilihat dari kulit atau penampang luar sayur yang tegar dan berwarna cerah.
Jika berwarna hijau, tolak ukur kesegaran terletak pada klorofil (zat hijau
daun) yang cerah.
Memilih dan menyimpan bawang ada
cara tersendiri.
v Pilih bawang yang umbinya keras dan
bulat dengan kulit seperti kertas yang bersih
v Hindari bawang putih yang mulai
bertunas
v Simpan ditempat yang dingin dan
kering karena udara lembab akan membuat bawang bertunas, dan udara yang terlalu
panas membuat bawang putih menjadi bubuk keabuan
v Untuk daun bawang pilih yang daunnya
segar dan sehat, bagian putih harus keras dan tidak cacat
v Karena bagian daun tidak tahan lama
sebaiknya beli secukupnya saja
v Untuk daun bawang lokio atau
kembang, bawang pilih yang warnanya hijau merata dan gemuk.
v Pilih kembang bawang yg bunga yang
belum mekar pertanda masih muda dan lebih empuk dibanding yang bunganya sudah
terbuka
f. Biji Lada
Menurut
Ibu Nengsih, dia memilih biji lada yang biasa digunakan dan ada di warung saja.
Padahal bisa saja biji lada tersebut tidak steril.seharusnya memilih biji lada
yang baik itu yang dibungkus dengan plastik supaya terhindar dari kontaminan
g.
Biji
pala
Menurut
Ibu Nengsih, dia memilih biji pala yang biasa digunakan dan ada di warung saja.
Padahal bisa saja biji lada tersebut tidak steril.seharusnya memilih biji pala
yang baik itu yang dibungkus dengan plastik supaya terhindar dari kontaminan
h.
Garam
Menurut Ibu Nengsih beliau memilih garam yang di
warung bisa tanpa memperhatikan kebersihan dan kandungan garam itu sendiri
padahal kita harus memperhatikan dari kandungan garam tersebut pada saat proses
pemilihan garam tersebut.
Tips-tips praktis memilih garam yang beryodium:
1.
Pilihlah garam yang dikemas dan berlabel
"Garam Beryodium", dengan nomor MD atau SP dari Dinas POM, dilengkapi
isi dan berat kemasan, mengandung yodium minimal 30-80 ppm (jika tercantum),
dan terdapat jelas nama produsennya.
2.
Pilihlah kemasan garam yang rapi dan
tidak rusak.
3.
Pilihlah garam yang berwarna putih dan
kering, tidak yang lembab atau basah.
4.
Belilah garam yang Anda butuhkan sedikit
dahulu (kemasan kecil) untuk dicoba di rumah. Kalau perlu pilihlah beberapa
merk, sebagai panduan dalam pembelian garam selanjutnya.
5.
Hindarilah memilih garam bata atau briket
apalagi yang tidak dikemas, kecuali telah Anda uji pada setiap bagian (luar dan
dalam).
6.
Apabila sudah dilakukan uji yodium terhadap
merk tertentu, pembelian selanjutnya tidak perlu lagi dilakukan uji.
7.
Pilihlah garam dalam kemasan kecil agar
penyimpanan di rumah tidak terlalu lama, untuk menghindari proses pelembaban
akibat terbukanya kemasan.
i. Minyak goreng
Menurut Ibu Nengsih, minyak goreng yang beliau pilih
adalah minyak goring biasa yang terdapat di warung biasa bukan minyak bermerk
ataupun yang lainnya. Padahal kalau memilih minyak yang baik itu kita juga
harus memperhatikan dari kualitas dari minyak goreng tersebut seperti warna,
dll.
Untuk
memilih minyak goreng dan mulai menggoreng, ikuti beberapa langkah berikut:
- Baca label dengan teliti. Hindari
produk pangan yang mengandung lemak terlalu tinggi, terutama lemak atau minyak
jenuh dan terhidrogenasi (hydrogenated oil).
- Simpanlah minyak goreng atau lemak
pada tempat yang sejuk dan gelap. Perlu diingat, panas dan cahaya mempercepat
proses kerusakan minyak dan lemak. Untuk itu, Anda dapat menyimpan minyak atau
lemak di dalam lemari es.
- Jangan tambah lagi minyak dalam diet
Anda. Kemungkinannya adalah bahwa Anda telah memperoleh cukup lemak dari
makanan yang Anda konsumsi sehari-hari. Kalau memungkinkan, gunakan jenis-jenis
minyak seperti minyak olive, minyak canola, minyak bunga matahari ditambahkan
dengan asam cuka atau jus jeruk lemon.
- Jika Anda temukan resep yang
memerlukan mentega keras atau minyak sapi, maka gantilah dengan minyak olein
sawit, minyak canola, atau minya biji bunga matahari.
- Panaskan minyak terlebih dulu sebelum
dimasukkan bahan pangan yang akan di goreng. Jika menggoreng dengan teknik
“oseng-oseng” (stir-fryng), gunakan penggoreng yang tidak lengket (non-stick
pan) dan tambahkan hanya sedikit minyak (3 atau 4 sendok teh). Jangan gunakan
minyak yang telah digunakan berkali-kali (suhu terlalu tinggi, waktu terlalu
lama, atau pun penggunaan minyak jelantah)
2. Pengolahan
Pengolahan makanan adalah kumpulan
metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan
mentah menjadi makanan
atau mengubah makanan menjadi bentuk lain untuk konsumsi
oleh manusia
atau hewan di rumah atau oleh industri pengolahan makanan.
Pengolahan makanan membutuhkan ladang bersih dan telah panen
atau produk hewan yang disembelih
dan penjual daging
dan menggunakannya untuk memproduksi produk makanan menarik, dapat dipasarkan
dan tahan lama.
Menurut Ibu Nengsih proses pengolahan
perkedel kentang yaitu : Pertama-tama kentang dikupas terlebih dahulu. Kemudian kentang
direbus didalam air yang sudah mendidih selama 30 menit hingga matang .
kemudian Butir telur, pisahkan kuning
& putihnya. Sementara itu,
persiapkan bumbu yang akan digunakan bawang merah dan putih digoreng lalu haluskan. Lada dan pala dihaluskan . Batang dan daun
bawang kemudian diiris halus.Setelah itu kentang yang sudah direbus segera
dihaluskan. Kentang yang sudah dihaluskan dicampur dengan kuning telur, bawang
merah, bawang putih, merica, pala yang sudah dihaluskan dan daun bawang yang
sudah diiris halus. Berikan sedikit penyedap rasa. Setelah semua tercampur
rata, adonan kentang dibuat bulatan-bulatan agak pipih. Buat sampai
adonan kentang habis. Panaskan kembali wajan yang sudah diisi minyak goreng dan
dipanaskan. Gulingkan bulatan kentang pada putih telur lalu goreng hingga
matang kecoklatan.
Pada saat proses
pengolahan beliau tidak memperhatikan tempat yang digunakan, alat yang
digunakan, kebersihan ,dll. Jadi bisa saja makanan tersebut menjadi tidak
hygiene.
Proses
pengolahan yang baik itu yaitu pertama kita harus memperhatikan alat yang kita
gunakan dan kesterilan dari tempat tersebut. Seperti pisau yang digunakan itu
bukanlah pisau yang telah digunakan untuk memotong sebelumnya. Air yang
diguanakan adalah air yang mengalir. Pada saat proses pemanasan atau merebus
kentang itu sendiri ada langkah- langkahnya yaitu :
v Gunakan air secukupnya
v Biarkan air yang akan di gunakan
untuk merebus mendidih terlebih dahulu sebelum sayuran di masukan.
v Panci yang di gunakan untuk memasak
harus di tutup.
v Jangan mengunakan panci atau alat
lainya yang terbuat dari logam yang dapat mengkatalisa proses oksidasi terhadap
vitamin.
v Gunakan air rebusan sebagai kuah.
v Pengawetan sayuran dengan cara
pendinginan harus memperhatikan suhu optimum sayuran yang di maksud agar tidak
terjadi pembusukan karena aktifitas mikroorganisme dan lain-lain.
Adapun teknik pengolahan bahan
makanan yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan gizi yang lainnya adalah:
Menghilangkan lapisan luar yang tidak diinginkan, seperti mengupas kentang
atau peach,
Memotong atau mengupas, itu menggunakan pisau yang steril.
Pada saat mengolah makanannya pun
wajan yang digunakan untuk memasak yaitu wajan yang belum pernah digunakan
memasak sebelumnya dan minyak nya juga harus minyak yang baru bukan minyak
jelatah.
3. Penyimpanan Masak
Penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6 prinsip higiene dan sanitasi makanan. Penyimpanan bahan makanan yang tidak baik,
terutama dalam jumlah yang banyak (untuk katering dan jasa boga) dapat
menyebabkan kerusakan bahan makanan tersebut. Penyimpanan
makanan adalah suatu keterampilan domestik tradisional dan penting industri. Makanan disimpan oleh hampir
setiap masyarakat manusia dan oleh banyak hewan. Tujuannya adalah :
v persiapan untuk periode kelangkaan atau kelaparan
v keuntungan dari surplus jangka pendek makanan pada waktu panen
v memungkinkan diet seimbang yang lebih baik sepanjang tahun
v mempersiapkan untuk acara khusus dan perayaan
v perlindungan terhadap predator atau orang lain.
Menurut Ibu nengsih
setelah makanan sudah ada yang dimasak, beliau menyimpan makanannya dimana
saja, artinya tidak di meja makan yang ditutupi dengan tutup saji makanan.
Kalau disimpan diluar dan ditutup bisa saja ada lalat yang hinggap pada makanan
tersebut.
Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang
baik menurut higiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut: Suhu Penyimpanan à Setiap bahan
makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung kepada besar dan
banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Untuk menyimpan akanan jenis telor,
susu dan olahannya yaitu :
Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70
C
Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50
C
Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50
C
Sedangkan
makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1 minggu
yaitu 70 sampai 100 C.
Umbi kering pada suhu kamar (250C).
- Peralatan untuk Penyimpanan
a. Penyimpanan suhu rendah dapat berupa : Lemari pendingin yang mampu
mencapai suhu 100 – 150 C untu penyimpanan sayuran,
minuman dan buah serta untuk display penjualan makanan da minuman dingin.
v Lemari es (kulkas)
yang mampu mencapai suhu 10 - 40 C dalam keadaanisi bisa
digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan telor.
v Lemari es (Freezer)
yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat digunakan untuk penyimpanan
daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3 hari.
v Kamar beku yang
merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan beku (frozen food)
dengan suhu mencapai -200 C untuk menyimpan daging dan makanan beku
dalam jangka waktu lama.
b. Penyimpanan suhu kamar
Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang
disimpan dalam suhu kamar, maka rang penyimpanan harus diatur sebagai berikut:
v Makanan diletakkan
dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai dan langit-langit,
maksudnya adalah untuk sirkulasi udara agar udara segar dapat segera masuk keseluruh ruangan, mencegah kemungkinan jamahan dan tempat
persembunyian tikus, untuk memudahkan pembersihan lantai, dan untuk mempermudah dilakukan stok
opname.
v Setiap makanan
ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur baur
v Untuk bahan yang mudah
tercecer seperti gula pasir, tepung, ditempatkan dalam wadah penampungan
sehigga tidak mengotori lantai
v Setiap bahan makanan
ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam wadah (container)
masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik atau lemari yang
berbeda.
v Makanan disimpan
didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi sirkulasi udara dengan
baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian lemari yang terlalu padat
akan mengurangi manfaat penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan
kebutuhan.
Penyimpanan didalam lemari es:
a. Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap
santap
b. Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam
kantong plastik yang rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau mungin dalam
lemari yang berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan.
c. Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3
hari harus sudah dipergunakan
d. Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka
dianjurkn lemari untuk keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk
keperluan penyimpanan makanan
Penyimpanan makanan terolah : Makanan dikemas tertutup sebaiknya
disimpan dalam suhu sekitar sepuluh derajat celcius. Penyimpanan makanan
kering:
a. Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi
yang baik
b. Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak
lembab
c. Rak-rak berjarak minimal 15 cmdari dinding
lantai dan 60cm dari langit-langit
d. Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan
e. Penempanan dan pengambilan barang diatur
dengan sistem FIFO (firs in first out) artinya makanan yang masuk
terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu
Makanan yang telah matang atau siap disajikan, tidak semuanya langsung dikonsumsi oleh kita, terutama makanan yang
berasal dari katering atau jasaboga. Makanan tersebut memiliki resiko
pencemaran bakteriologis terutama bila dalam penyimpanannya tidak memenuhi prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan makanan matang adalah sebagai berikut:
v Makanan yang disajikan panas harus tetap
disimpan dalam suhu diatas 600C
v Makanan yang akan disajikan dingin disimpan
dalam suhu dibawah 40C
v Makanan yang disajikan dalam kondisi panas
yang disimpan dengan suhu dibawah 40C harus dipanaskan kembali
sampai 600C sebelum disajikan.
Tips
menyimpan kentang àS impan kentang dalam plastik tertutup, di tempat kering dan
terlindung dari sinar matahari. Sinar matahari dapat membuat kentang menjadi
kehijauan dan bertunas. Dalam suhu ruang, umur simpan kentang bisa mencapai 2 minggu.
Tips
menyimpan kentang dari kebun :
v
Tempat kentang dalam kantong kertas atau
kain goni atau keranjang. Salah satu item ini akan memungkinkan sirkulasi udara
yang diperlukan. Jika udara tidak dapat beredar, kelembaban akan membangun dan
menyebabkan pembusukan.
v
Setelah kentang disimpan di salah satu
wadah di atas, menempatkan mereka di daerah, sejuk dan gelap. Kentang paling
baik disimpan di tempat yang sejuk dimana suhu tetap antara 45 dan 50 derajat
Fahrenheit. Di rumah Anda ini akan menjadi beranda dipanaskan atau gudang. Jika
Anda tidak memiliki salah satu daerah, lemari gelap mungkin merupakan tempat
terbaik berikutnya. Kentang yang disimpan pada suhu optimum akan bertahan
sampai dua bulan. Lebih hangat suhu penyimpanan, kehidupan rak pendek kentang
akan memiliki.
v
kentang segar tidak melakukan dengan
baik dalam freezer, karena mereka akan hancur berantakan setelah mereka telah
dicairkan. Jika Anda memiliki kentang yang berada dalam bahaya pembusukan, cara
terbaik untuk menjaga mereka adalah untuk memasak mereka, mash mereka dan
kemudian bekukan dalam wadah kedap udara. Dengan cara ini mereka dapat disimpan
sampai dua belas bulan.
Petunjuk:
Jika kentang telah disimpan dalam lemari es pati mereka telah dikonversi menjadi gula. Biarkan mereka duduk di meja untuk satu atau dua hari dan gula akan mengkonversi kembali ke pati. Hindari penyimpanan di lemari es jika memungkinkan.
Jangan mencuci kentang sebelum menempatkan mereka dalam penyimpanan, seperti kelembaban meningkatkan tingkat peluruhan.
Petunjuk:
Jika kentang telah disimpan dalam lemari es pati mereka telah dikonversi menjadi gula. Biarkan mereka duduk di meja untuk satu atau dua hari dan gula akan mengkonversi kembali ke pati. Hindari penyimpanan di lemari es jika memungkinkan.
Jangan mencuci kentang sebelum menempatkan mereka dalam penyimpanan, seperti kelembaban meningkatkan tingkat peluruhan.
Kentang
dapat disimpan selama 3 bulan dan penampakan masih baik dengan menggunakan cara
pelapisan larutan emulsi lilin.
Bahan
dan alat yang digunakan untuk pelapisan lilin pada umbi kentang antara lain :
·
1 liter emulsi lilin.
·
1000 kg umbi kentang.
·
Hand sprayer.
·
Rak bambu.
Cara pelapisan lilin pada kentang adalah
·
Umbi kentang dicuci bersih lalu
ditiriskan diatas rak bambu.
·
Emulsi lilin diencerkan dengan air
dengan perbandingan 1:3.
·
Semprotkan larutan emulsi lilin pada
umbi kentang secara merata dengan menggunakan hand sprayer.
·
Selanjutnya umbi kentang yang telah
disemprot emulsi lilin ditiriskan pada rak bambu.
·
Setelah kering, umbi kentang disimpan
dalam kemasan/gudang.
Penyimpanan telurr yang baik :
- Simpan
dalam lemari pendingin agar lebih awet (dapat tahan selama 1 bulan) dan
letakkan dalam karton khusus penyimpan telur, agar telur tidak mudah
tersenggol dan tidak terkontaminasi dengan aroma lain.
- Telur
paling baik dikonsumsi dalam jangka waktu 1 minggu.
- Sisa
kuning telur yang tidak terpakai, dapat disimpan dalam wadah kedap udara
dan tahan sampai 3 hari. Sedang untuk putih telur dengan perlakuan yang
sama tahan sampai 4 hari.
Kualitas :
- Mutu dan kualitas telur ditentukan dari
tampilan kulit (cangkangnya) dan isi di dalamnya.
- Pilih cangkang telur yang bersih, bentuknya
baik, dan permukaan yang licin.
- Warna cangkang telur berkisar antara putih
dinding sampai kecokelatan. Pengaruh warna ini ditentukan oleh jenis dan
ras dari ayam, sama sekali tidak berpengaruh terhadap citarasa dan
kandungan nutrisinya.
- Untuk melihat bagian dalam telur, biasanya
letakkan telur di bawah lampu, apabila terlihat terang, tidak gelap, telur
dalam kondisi baik (tidak busuk).
- Ketika cangkangnya dipecahkan, putih telur
terlihat kental dan jernih sedang kuningnya masih berbentuk utuh (firm)
dan bebas dari noda.
- Warna kuning telur berkisar pada kuning pucat
sampai kuning terang. Hal ini disebabkan oleh jenis makanan yang dimakan
oleh ayam. Biasanya ayam yang diberi makan gandum, warna kuning telurnya
lebih pucat dibanding ayam yang diberi makan jagung, rumput, atau dedak.
Penyimpanan Garam
v Garam disimpan di tempat kering dan
sejuk.
v Dijauhkan dari bahan makanan yang
mengandung air.
v Disimpan dalam keadaan tertutup.
4. Penyajian
Penyajian makanan yang baik dan sehat merupakan awal untuk
mendapatkan tubuh yang sehat.Penyajian makanan sebaiknya memenuhi kebutuhan
gizi yang baik dan seimbang. Makanan yang di sajikan setidaknya harus memenuhi
kebutuhan gizi seperti protein, karbohidrat,vitamin, mineral dan zat-zat lain
yang di butuhkan oleh tubuh. Penyajian makanan yang bahan pembuatnya menggunakan
zat-zat berbahaya bagi tubuh seperti bahan penyedap rasa (MSG) sebaiknya di
minimalkan penggunaannya bahkan di hindari. Karena pada penyedap rasa (MSG)
mengandung zat monosodium glutamat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat
menyebabkan penyakit. Penyajian makanan yang baik memiliki hubungan yang
signifikan dengan kualitas hidup kita. Dengan memakan makanan yang sehat dan
pola penyajian makanan yang baik kondisi fisik akan lebih terjamin sehingga
dapat melakukan berbagai aktivitas dengan baik.
Menurut Ibu Nengsih,
peyajian makanan perkedel kentang di warteg beliau, langsung saja disimpan pada
suatu lemari etalase yang ditutup dengan gordeng. Tapi berhubng beliau
menggunakan penyedap rasa yang lumayan banyak, bisa mempengaruhi terhadap
kandungan makanan tersebut dan itu bisa membahayakan konsumen.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian
makanan sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai
berikut:
1.Prinsip wadah artinya
setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan diusahakan tertutup.
Tujuannya adalah
a.
Makanan tidak terkontaminasi silang
b. Bila satu tercemar yang
lain dapat diamankan
c.
Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan
tingkat kerawanan makanan.
2.Prinsip kadar air atinya
penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah, susu) baru dicampur
pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak. Makanan
yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak
(basi)
3.Prinsip edible part
artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah merupakan bahan
makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan
seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastik.
4.Prinsip Pemisahan artinya
makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti makanan dalam kotak (dus)
atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan agar tidak saling bercampur.
Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.
5.Prinsip Panas yaitu setiap
penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam keadaan panas seperti
soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu makanan sebelum
ditempatkan dalam food warmer harus masih berada diatas 600
C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry
(bak penyaji panas)
6.Prinsip alat bersih
artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan tutupnya, dus, pring,
gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya sudah dicuci
dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas
pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan
yang estetis
Prinsip handling
artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung
dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah: Mencegah
pencemaran dari tubuh serta memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi.
5. Pengemasan
Pengemasan perlu diperhatikan jika konsumen membeli perkedel kentang
tersebut dan dibawa ke rumah, untuk pengemasannnya itu sendiri adalah dibungkus
dengan plastic. Dan kita harus memperhatikan plastic itu benar – benar bersih
dan streril. Hindari plasti yang berwarna hitam, karena itu kurang baik.
6. Distribusi
Dalam
menetapkan kebutuhan sarana
fisik dan perlengkapan
instalasi gizi, salah satu faktor
yang turut berperan adalah sistem distribusi dan macam pelayanan yang
diterapkan harus diperhatikan. Misalnya pada saat distribusi kepada konsumen
menurut Ibu Nengsih distribusinya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Maksudnya yang
langsung adalah konsumen datang ke warteg beliau kemudian memakan perkedel
kentang tersebut sebagai teman nasi atau lauk pauk nya pada saat makan. Adapun
yang tidak langsung yaitu adalah dengan cara konsumen membeli langsung ke
warteg dan dimakan dirumah masing – masing.
3.7
Pembahasan
Prinsip – Prinsip HACCP
Nama Masakan : Perkedel Kentang
PINSIP 1 – IDENTIFIKASI BAHAYA
Pada
bagian ini mempelajari jenis -jenis mikroorganisme, bahan kimia dan benda asing
terkait yang harus didefinisikan. Disini ada 3 formulir yang disediakan, untuk
pembahsan masing – masing formulir akan dibahas dibawah ini :
Formulir 1
: Pada formulir ini kita harus mengetahui ketersediaan bahaya fisik, kimia, dan
mikrobiogis pada suatu jenis bahan mentah tertentu.
a.
Kentang : Menurut kami pada bahan mentah kentang ini terdapat bahaya
mikrobiologis, kimia, dan fisika. Bahaya B(M): Dalam kentang yang digunakan
dalam pembuatan perkedel kental ini ternyata setelah dilihat-lihat ada yang
busuk namun hanya dibuang yang busuknya saja tetapi tetap dipakai hal ini
memungkinkan adanya bakteri salmonella yangt muncul, kemudian bisa juga muncul
jamur yang pathogen. Bahaya K yang mungkin muncul bisa berasal dari pertisida
yang masih menempel akibat pencucian yang kurang maksimal. Sedangkan bahaya F
bisa muncul dari wadah yang digunakan bercampur dengan pengolahan bahan lain
dilihat dari dapur ibu nengsih.
Menurut Ibu Nengsih, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk mencegah dari menghindari bahaya mikrobiogis, kimia,
dan fisik yaitu dengan cara merendam
cucian kentang pada bak wadah.
Menurut kami, ada
beberapa hal yang mesti diperhatikan
agar terhindar dari bahaya mikrobiogis, kimia, dan fisik. Dimulai dari
pemilihan kentang itu sendiri harus yang sesuai dengan kentang yang baik yang
sudah dijelaskan pada pembahasan diatas, kemudian sebelum kita akan memasaknya,
terlebih dahulu kentang yang akan dipakai harus dipastikan kentang yang segar
dan tidak busuk, dan dicuci dengan air yang mengalir, bukan air yang berada
didalam suatu wdah atau ember tertentu. Setelah itu, pada saat menggunakan
wadah atau tempat dari kentang itu sendiri haruslah wadah yang steril dan sudah
dicuci dengan bersih. Pada saat memotong kentang pun, pastikan bahwa pisau yang
digunakan itu adalah pisau yang steril yang belum pernah digunakan untuk
memotong bahan mentah lainnya.
b.
Telur : Menurut kami pada telur hanya
terdapat bahaya mikrobiogis saja yaitu adanya bakteri yang hidup dalam telur
dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan pengonsumsinya. Bakteri yang
diduga adalah Salmonella. Salmonella adalah suatu bakteri yang dapat menimbulkan
keracunan (Salmonella food poisoning), dapat menyebabkan tifus dan disentri,
dengan gejala-gejala seperti mual, muntah, sakit perut, sakit kepala,
kedinginan, demam, dan diare. Bakteri ini dapat menyusup ke dalam telur sewaktu
telur masih dalam “kandungan”, namun yang paling sering setelah dikeluarkan,
terutama apabila kebersihan kandang dan lingkungan kurang diperhatikan.
Menurut
Ibu Nengsih, cara pencegahan agar terhindar dari bahaya mikrobiogi yaitu pada
saat membeli telur menurut ibu nengsih dipilih dengan cara mencium baunya,
ketika baunya busuk berarti telur itu tidak baik untuk digunakan. Terus ketika
ingin digunakan, sebelum dipecah telur dicuci terlebih dahulu.
Menurut kami cara pencegahan agar
terhindar dari bahaya mikrobiogis yaitu dimulai dari pemilihan telur pada saat
kita beli di pasar atau di warung, seperti yang sudah dijelaskan pada saat
pembahasan memilih telur yang baik. Setelah itu pada saat memecahkan telur,
berarti kita harus menggunakan pisau yang steril yang belum pernah digunakan
untuk memotong bahan mentah lainnya.
c.
Daun Bawang : Menurut kami pada telur
hanya terdapat bahaya kimia dan fisik saja yaitu adanya kandungan kimia dari pestisida yang masih
menempel di daun bawang tersebut yang menyebabkannya jadi bahanya, kemudian,
cara ibu nengsih mencuci bukan di air yang mengalir.dan pisau yang digunakan
sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong/mengupas bahan lainnya.
Menurut ibu nengsih saat mencuci daun bawang proses pencuciannya diulang
sebanyak tiga kali tidak perlu diair yang mengalir karena keterbatasan kran.
Menurut kami, pencegahan untuk menghilangkan bahaya kimia dan fisik,
pertama – tama kita harus memilih sayuran atau daun bawang itu yang segar,
kalau perlu kita datang ke tempat atau petani yang menanam daun bawang daun tersebut, agar kita mengetahui
bahwa daun bawang itu tidak ditambahkan pestisida atau bahan – bahan kimia
lainnya.
Kemudian pada saat kita sudah mendapatkan daun bawang, hendaklah cuci
daun bawang tersebut agar sedikitnya bisa terhindar dari kontaminan yang ada,
dengan air yang bersih yang mengalir langsung dari kran, bukan air yang telah
digunakan pada pencucian bahan mentah lainnya. Selain itu juga pada saat
memotong atau mengiris bawang daun, gunakan pisau dan talenan yang steril yang belum
pernah digunakan sebelumnya.
d.
Bawang putih :
Menurut kami, pada bawang putih yang digunakan terdapat bahaya kimia dan fisik.
Bawang putih banyak manfaatnya bagi kesehatan namun disini bawang putih
yang dibeli di pasar umumnya mengandung pestisida dan bertempat terbuka
sehingga menyebabkan terjadinya bakteri yang berkembang ditambah lagi pada
proses pencucian ibu nengsih tidah mencuci di air yang mengalir dan pisau yang
digunakan sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong/mengupas bahan
lainnya.
Menurut ibu nengsih saat mencuci bawang putih sama seperti pada saat
mencuci daun bawang proses pencuciannya diulang sebanyak tiga kali tidak perlu
diair yang mengalir karena keterbatasan kran.
Menurut kami, pencegahan untuk menghilangkan bahaya kimia dan fisik,
pertama – tama kita harus memilih sayuran atau bawang putih itu yang segar, kalau perlu kita datang ke
tempat atau petani yang menanam daun
bawang daun tersebut, agar kita mengetahui bahwa bawang putih itu tidak ditambahkan pestisida atau bahan –
bahan kimia lainnya.
Kemudian pada saat kita sudah mendapatkan bawang putih, hendaklah cuci
bawang putih tersebut agar sedikitnya bisa
terhindar dari kontaminan yang ada, dengan air yang bersih yang mengalir
langsung dari kran, bukan air yang telah digunakan pada pencucian bahan mentah
lainnya. Selain itu juga pada saat memotong atau mengiris bawang putih, gunakan
pisau dan talenan yang steril yang belum pernah digunakan sebelumnya.
e.
Bawang Merah
: Menurut kami, pada bawang putih yang
digunakan terdapat bahaya kimia dan fisik.
Kandungan kimia dari pestisida yang masih menempel di daun bawang
tersebut yang menyebabkannya jadi bahanya, kemudian, kemudian cara ibu ningsih
mencuci bukan di air yang mengalir.dan pisau yang digunakan sama dengan pisau
yang digunakan untuk memotong/mengupas bahan lainnya.
Menurut ibu nengsih saat mencuci bawang merah sama seperti pada saat
mencuci daun bawang dan bawah putih proses pencuciannya diulang sebanyak tiga
kali tidak perlu diair yang mengalir karena keterbatasan kran.
Menurut kami, pencegahan untuk menghilangkan bahaya kimia dan fisik,
pertama – tama kita harus memilih sayuran atau bawang merah itu yang segar,
kalau perlu kita datang ke tempat atau petani yang menanam daun bawang daun tersebut, agar kita mengetahui
bahwa bawang merah itu tidak ditambahkan
pestisida atau bahan – bahan kimia lainnya.
Kemudian pada saat kita sudah mendapatkan bawang merah, hendaklah cuci
bawang merah tersebut agar sedikitnya
bisa terhindar dari kontaminan yang ada, dengan air yang bersih yang mengalir
langsung dari kran, bukan air yang telah digunakan pada pencucian bahan mentah
lainnya. Selain itu juga pada saat memotong atau mengiris bawang merah, gunakan
pisau dan talenan yang steril yang belum pernah digunakan sebelumnya.
f.
Garam : Menurut
kami, pada garam yang digunakan terdpat bahaya mikrobiogis, kimia dan fisik.
Garam yang digunakan rumah ibu nengsih ini memakai garam kiloan pasar
yang zat yodiumnya perlu dipertanyakan, apalagi dipasar caringin yang pada
biasanya ibu nengsih belanja ini keadaannya jauh dari kebersihan karena dekat
pembuangan sampah pasar. Keadaan yang kami liat dari garam pada saat didapur
ibu nengsih ini dalam keadaan terbuka.
Menurut ibu nengsih garam pasar tidak ada masalah, mungkin pada saat
penyimpanannya saja seharusnya ditutup rapat.
Cara Pencegahan menurut kami agar terhindar dari bahaya mikrobiologis,
kimia, dan fisik adalah dengan cara memilih garam yang akan dipakai, pilihlah
garam yang beryodium, tidak beli dipasar sembarangan, jika garam yang telah
tersedia di pasar dalam keadaan terbungkus dengan plastic, pastikan plastic
tersebut tidak sobek agar bakteri atau mikroorganisme berbahaya tidak masuk
kedalam garam tersebut. Akan tetapi jika garamnya itu disimpan dalam keadaan
terbuka, kita jangan mempergunakannya atau membelinya. Setelah kita mendapatkan
garam dari pasar, simpanlah garam dalam wadah atau tempat bumbu di dapur yang
steril dan ditutup dengan rapat. Pada saaat penggunaan garam, garam yang
digunakan itu secukupnya jangan terlalu berlebihan karena akan mengakibatkan
masakan kita menjadi kurang enak.
g.
Biji Lada : Menurut
kami, pada biji lada yang digunakan terdapat bahaya mikrobiogis, kimia dan
fisik.
Cara pembersihan lada yang dilakukan ibu nengsih bukan dicuci terlebih
dahulu tetapi di goreng tanpa minyak/ disanghai sehingga dapat menyebabkan
bakteri atau kotoran masih menempel ditambah lagi mungkin saja ada bakteri yang
tahan panas yang masih bertahan hidup karena pada saat penggarangan yang
dilakukan cuma sebentar.
Menurut ibu nengsih lada tidak perlu dicuci karena nanti pada saat
penggarangan sudah panas sehingga tidak mungkin ada bakteri/ mikroba yang akan
masuk. Hanya saja pada saat penggarangan dilakukan lebih lama dari semula.
Menurut kami cara pencegahan agar terhindar dari bahaya mikrobiologis,
kimia, and fisik adalah pada saat kita telah mendapatkan biji pala di warung
cuci terlebih dahulu dengan air yang mengalir kemudian setelah itu baru di
goreng tanpa minyak/ disanghai sehingga dapat menyebabkan bakteri atau kotoran
masih menempel ditambah lagi mungkin saja ada bakteri yang tahan panas yang
masih bertahan hidup karena pada saat penggarangan yang dilakukan cuma
sebentar.
h.
Biji Pala : Menurut
kami, pada biji pala yang digunakan terdapat bahaya mikrobiogis, kimia dan
fisik.
Penyimpanan pala ditaruh ditempat bumbu yang bercampur dengan
rempah-rempah lainnya ini dapat menyebabkan kontaminasi silang kemudian Biji
pala tidak dicuci diair yang mengalir sehingga bisa menyebabkan bakteri
berkembang.
Menurut ibu nengsih mungkin cara dia menyyimpan rempah-rempah
(bumbu-bumbu) harus ditata lagi sehingga tidak tercampur satu sama lainnya.
Menurut kami cara pencegahan agar terhindar dari bahaya mikrobiologis,
kimia, and fisik adalah pada saat kita telah mendapatkan biji pala di warung
cuci terlebih dahulu dengan air yang mengalir kemudian pada saat menyimpan biji
pala tersebut usahakan jangan disatukan dengan bumbu – bumbu atau rempah –
rempah lainnya.
i.
Penyedap Rasa :
Menurut kami, pada penyedap rasa yang digunakan terdapat bahaya kimia dan
fisik. Karena bisa mengandung bahaya pengawet. Mungkin menurut ibu nengsih
penyedap rasa bisa diganti dengan gula dan bisa digunakan asal tidak
berlebihan.
Cara pencegahan menurut kami penyedap yang digunakan untuk memasak itu
jangan terlalu banyak karena mengandung MSG yang kurang baik untuk kesehatan.
Kita boleh mempergunakan penyedap rasa tapi dengan takaran yang jangan terlalu
banyak.
j.
Minyak goreng:
Menurut kami, minyak goreng yang digunakan terdapat bahaya mikrobiogis, kimia
dan fisik.
Minyak yang digunakan pada proses pengolahan adalah minyak jelantah yang
sebelumnya pernah dipakai 3 X pada 3 hari lalu untuk membuat menu yang sama
yaitu perkedel kentang.
Minyak goreng itu :
Mengandung asam lemak jenuh yang tinggi yang berbahaya bagi tubuh. Kandungan
kolesterol baik (HDL) semakin berkurang sementara kolesterol buruk (LDL)
semakin meningkat. Hal ini dapat memicu berbagai penyakit seperti hipertensi,
penyumbatan peredaran darah, penyakit jantung, dan stroke. Bahkan lebih dari
itu, minyak jelantah dapat menyababkan kanker colon pada usus besar; Dapat merusak nutrisi baik yang dikandung
makanan; Minyak berwarna pekat sudah mengalami proses degradasi dan oksidasi
yang menjadikan minyak tersebut bersifat toksik (beracun bagi tubuh manusia).
Menurut ibu nengsih memang minyak yang digunakan harusnya minyak yang
baru, namun meski demikian minyak bekas penggorengan menu yang sama juga dapat
dipakai asalkan tidak lebih dari 3x pemakaian karena hal ini dapat
membahanyakan kesehatan. Yang penting menurut ibu nengsih asal warna minyak
tidak sampai hitam pekat .
Cara
Pencegahan menurut kami agar terhindar dari bahaya mikrobiologis, kimia, dan
fisik adalah pilihlah minyak goring yang bagus di warung atau pasar yang tidak
keruh dan masih fresh, kemudian jangan menggunakan minyak jelantah yang sudah
dipakai menggoreng masakan lainnya. Karena bisa mengandung bahan kimia didalam
minyak jelantah itu sendiri. Pergunakanlah minyak goreng satu kali pakai. Meski
lebih boros, tapi demi kesehatan kita harus mempertimbangkannya.
Formulir 2
: Pada formulir 2 kita akan mengelompokkan bahan mentah yang mengandung bahaya
terterntu sesuai dengan karakteristik masing – masing – masing.
Nama
Masakan : Perkedel kentang
No
|
Bahan/Ingridien
|
Kelompok
Bahaya
|
Kategori
Resiko
|
|||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
|||
1
|
Kentang
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
2
|
Telur
|
-
|
-
|
-
|
√
|
√
|
√
|
III(+++)
|
3
|
Daun bawang
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
4
|
Bawang putih
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
5
|
Bawang merah
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
6
|
Garam
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
7
|
Biji pala
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
8
|
Biji Lada
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
9
|
Penyedap
rasa
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
10
|
Minyak
goreng
|
-
|
√
|
-
|
√
|
√
|
√
|
IV(++++)
|
è Tabel
Kelompok bahaya beserta karakteristiknya :
KEL. BHY
|
KARAKTERISTIK
|
A
|
Kelompok makanan
KHUSUS yang terdiri dari makanan NON STERIL yang ditujukan untuk konsumen
beresiko tinggi, seperti bayi, balita, orang sakit/pasien, orang tua, ibu
hamil, ibu menyusui, usia lanjut
|
B
|
Makanan yang
mengandung bahan / ingridien yang SENSITIF terhadap bahaya biologis, kimia,
atau fisik
|
C
|
Di dalam proses
pengolahan makanan TIDAK terdapat tahap yang dapat membunuh mikroorganisme berbahaya atau
mencegah / menghilangkan bahaya kimia / fisik
|
D
|
Makanan kemungkinan
mengalami PENCEMARAN KEMBALI setelah pengolahan SEBELUM pengemasan /
penyajian
|
E
|
Kemungkinan dapat
terjadi KONTAMINASI KEMBALI atau penanganan yang salah SELAMA distribusi,
penanganan oleh konsumen / pasien, sehingga makanan menjadi berbahaya bila
dikonsumsi
|
F
|
Tidak ada proses
pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu dipersiapkan di tingkat
konsumen / pasien yang dapat memusnahkan / menghilangkan BAHAYA BIOLOGIS.
- Atau Tidak
ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan, atau menghancurkan BAHAYA
KIMIA atau FISIK
|
è Tabel
kategori resiko beserta keterangannya
Kategori resiko
|
Karakteristik bahaya
|
Keterangan
|
0
|
0 (tidak ada bahaya)
|
TIDAK
mengandung bahaya A s.d. F
|
I
|
(+)
|
Mengandung SATU
bahaya B s.d. F
|
II
|
(++)
|
Mengandung DUA
bahaya B s.d. F
|
III
|
(+++)
|
Mengandung TIGA
bahaya B s.d. F
|
IV
|
(++++)
|
Mengandung EMPAT
bahaya B s.d. F
|
V
|
(+++++)
|
Mengandung LIMA
bahaya B s.d. F
|
VI
|
A+
(kategori khusus)
|
Kategori resiko paling tinggi (semua makanan yang
mengandung BAHAYA A, baik DENGAN/TANPA bahaya B - F
|
Penjelasannya
:
a. Kentang
: termasuk kategori resiko IV (++++) artinya kentang itu mengandung kelompok
bahaya B, D, E, F.
ü Mengandung
kelompok B karena pada kentang mengandung bahan / ingridien yang senssitif terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
ü Mengandung kelompok D karena
makanan atau kentang tersebut kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah
pengolahan sebelum pengemasan / penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan,
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
b. Telur
ü Mengandung kelompok D karena
makanan atau telur tersebut kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah
pengolahan sebelum pengemasan / penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan,
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
c. Daun
bawang
ü Mengandung
kelompok B karena pada daun bawang mengandung bahan / ingridien yang senssitif terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
ü Mengandung kelompok D karena
makanan atau daun bawang tersebut kemungkinan mengalami pencemaran kembali
setelah pengolahan sebelum pengemasan / penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan, atau
menghancurkan bahaya kimia atau fisik
d. Bawang
putih
ü Mengandung
kelompok B karena pada bawang putih mengandung bahan / ingridien yang senssitif terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
ü Mengandung kelompok D karena
makanan atau bawang putih tersebut kemungkinan mengalami pencemaran kembali
setelah pengolahan sebelum pengemasan / penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan,
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
e. Bawang
merah
ü Mengandung
kelompok B karena pada bawang merah mengandung bahan / ingridien yang senssitif terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
ü Mengandung kelompok D karena
makanan atau bawang merah tersebut
kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah pengolahan sebelum pengemasan
/ penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan,
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
f. Biji
lada
ü Mengandung
kelompok B karena pada biji lada mengandung bahan / ingridien yang senssitif terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
ü Mengandung kelompok D karena
makanan atau biji lada tersebut kemungkinan mengalami pencemaran kembali
setelah pengolahan sebelum pengemasan / penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan,
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
g. Biji
pala
ü Mengandung
kelompok B karena pada biji pala mengandung
bahan / ingridien yang senssitif
terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
ü Mengandung kelompok D karena
makanan atau biji pala tersebut
kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah pengolahan sebelum pengemasan
/ penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan,
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
h. Garam
ü Mengandung
kelompok B karena pada garam mengandung bahan / ingridien yang senssitif terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
ü Mengandung kelompok D karena
makanan atau garam tersebut kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah
pengolahan sebelum pengemasan / penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan,
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
i.
Penyedap rasa
ü Mengandung
kelompok B karena pada penyedap rasa mengandung bahan / ingridien yang senssitif terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
ü Mengandung kelompok D karena
makanan atau penyedap rasa tersebut kemungkinan mengalami pencemaran kembali
setelah pengolahan sebelum pengemasan / penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan, atau
menghancurkan bahaya kimia atau fisik
j.
Minyak goreng
ü Mengandung
kelompok B karena pada minyak goreng mengandung
bahan / ingridien yang senssitif
terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
ü Mengandung kelompok D karena
pada minyak goreng tersebut kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah
pengolahan sebelum pengemasan / penyajian
ü Mengandung kelompok E karena
kemungkinan dapat terjadi kontaminasi kembali
atau penanganan yang salah selama distribusi, penanganan oleh konsumen
sehingga makanan menjadi berbahaya bila dikonsumsi
ü Mengandung kelompok F karena
tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian atau waktu
dipersiapkan di tingkat konsumen yang dapat memusnahkan / menghilangkan bahaya
biologis. Dan tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan,
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
Formulir 3
: Penerapan HACCP
a. Kentang : Termasuk CCP dengan adanya bahaya biologi,
kimia, dan fisik. Cara pengendaliannya yaitu dengan direndam dengan air yang
bersih dan dicuci dengan air yang mengalir. Parameter CCP yaitu dengan warna kentangnya itu sendiri yang berubah. Batas
kritisnya yaitu ketika warnanya menjadi hitam. Untuk nilai
target dari penyimpanan suhunya itu adalah 250 C atau mendekati suhu
ruangan. Setelah kita adakan pemantauan kentang itu ada yang baik dan ada juga
yang kurang baik atau ada yang busuk. Untuk tindakan koreksi terhadap
penyimpanan kentang itu sendiri disimpan ditempat yang tidak lembab.
b.
Telur : Tidak termasuk CCP. Ada bahaya
mikrobiogis, fisik, dan kimia. Cara
pengendaliannya yaitu dengan disimpan di tempat telur didalam
kulkas (lemari es) tidak disimpan di dekat bahan yang berbau mencolok. Parameter CCP yaitu dengan Baunya berubah menjadi busuk dan
warnanya pun berubah. Batas
kritisnya yaitu
menjadi hitam dan bau busuk . Untuk nilai target dari penyimpanan
suhunya itu adalah-5 – 5o
C. Setelah kita adakan pemantauan telur dapat Di simpan pada tempat yang kurang baik dan masih berada
dalam kantong plastic belanjaan. Untuk tindakan koreksi terhadap
penyimpanan telur itu sendiri dapat
disimpan di tempat telur didalam kulkas (lemari es) tidak disimpan di dekat
bahan yang berbau mencolok.
c.
Daun Bawang : Tidak termasuk CCP. Ada
bahaya mikrobiogis, fisik, dan kimia. Cara pengendaliannya yaitu dengan dicuci pada air yang
mengalir sebanyak tiga kali. Parameter CCP yaitu dengan Layu, tidak segar, berubah warna
dan busuk. Batas kritisnya
yaitu
bewarna coklat kehitam-hitaman dan busuk. Untuk nilai target suhu yang sesuai
yaitu suhu ruangan. Setelah itu kita adakan pemantauan yaitu dengan ditaruh di
wadah baki terbuka dan tidak dicuci diair yang mengalir dan pisau yang
digunakan untuk memotong sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong bahan
lainnya. Tindalan koreksinya yiatu proses penyimpanan harusnya ditaruh dikulkas
Sebaiknya saat membersihkan daun
bawang/bahan-bahan lainnya tempat dipisahkan tidah didalam tempat yang sama
dengan bahan-bahan lainnya,kemudian cara pencucian baiknya dilakukan di air
yang mengalir agar mikroba tidah menempel kembali dibahan makanan tersebut.
d.
Bawang Putih :
Tidak CCP. Terdapat bahaya biologis, fisik, dan kimia. Cara pencegahan yang
dilakukan yaitu dicuci pada air yang mengalir sebanyak
tiga kali kemudian wadah baki rempah-rempah tidak dicampur dengan bahan yang
lainnya. Parameter CCP nya itu adalah layu, tidak segar, berubah warna dan
busuk. Batas kritis yang diterapkan yaitu ketika layu, tidak segar, berubah
warna dan busuk. Nilai target yang harus disimpan apabila dalam keadaan terbuka
bawang putih yaitu pada suhu ruangan. Pemantauan yang dilakukan yaitu ditaruh
di wadah baki terbuka dan tidak dicuci diair yang mengalir dan pisau yang
digunakan untuk memotong sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong bahan
lainnya. Tindakan koreksinya adalah setelah
membeli dipasar hendaknya pada proses pembuatan bahan-bahan yang digunakan
dikupas dan dicuci dengan menggunakan alat-alat yang bersih diair yang mengalir
sebanyak tiga kali. Kemudian alat-alat yang digunakan dipisah antara yang satu
dengan yang lainya.
e.
Bawang Merah :
: Tidak CCP. Terdapat bahaya biologis, fisik, dan kimia. Cara pencegahan yang
dilakukan yaitu dicuci pada air yang mengalir sebanyak
tiga kali kemudian wadah baki rempah-rempah tidak dicampur dengan bahan yang
lainnya. Parameter CCP nya itu adalah layu, tidak segar, berubah warna dan
busuk. Batas kritis yang diterapkan yaitu ketika layu, tidak segar, berubah
warna dan busuk. Nilai target yang harus disimpan apabila dalam keadaan terbuka
bawang putih yaitu pada suhu ruangan. Pemantauan yang dilakukan yaitu ditaruh
di wadah baki terbuka dan tidak dicuci diair yang mengalir dan pisau yang
digunakan untuk memotong sama dengan pisau yang digunakan untuk memotong bahan
lainnya. Tindakan koreksinya adalah setelah
membeli dipasar hendaknya pada proses pembuatan bahan-bahan yang digunakan
dikupas dan dicuci dengan menggunakan alat-alat yang bersih diair yang mengalir
sebanyak tiga kali. Kemudian alat-alat yang digunakan dipisah antara yang satu
dengan yang lainya.
f.
Garam : CCP. Ada kandungan bahaya biologis, fisika, dan kimia. Cara
pencegahannya yaitu dengan ditaruh ditempat yang sejuk dan ditutup dengan
rapat. Parameter CCPnya yaitu jika sudah berair dan berubah warna. Batas kritis
nya yaitu dengan melihat jika sudah berair dan berubah warna. Untuk suhu yang
tepat pergunakanlah suhu ruangan. Pemantauan yang dilihat adalah dengan cara
menaruh garam ditempat terbuka dan tidak tertutup rapat. Tindakan koreksi yang
harus dilakukan sebaiknya garam ditaruh ditempat yang sejuk dan ditutup dengan
rapat
g.
Biji Lada
dan Biji Pala : tidak CCP. Terdapat bahaya biologis, kimia, dan fisik. Cara
pencegahan bisa ditaruh ditempat bumbu yang terpisah dan terutup rapih.
Parameter CCP nya yaitu jika sudah berjamur dan berubah warna,
rasa dan bau. Dan batas kritis yang ada yaitu jika sudah berjamur dan berubah
warna, rasa dan bau. Untuk penyimpanan yang baik simpan saja di suhu ruangan.
Pemantauan yang terlihat yaitu ditaruh di tempat wadah baki yang tercampur
dengan bumbu-bumbu/rempah-rempah yang lain. Tindakan koreksi nya yaitu
Sebaiknya biji pala ditaruh ditempat sendiri tidak tercampur dengan
rempah-rempah lainnya kemudian pada saat pencucian dicuci dengan menggunakan alat-alat yang bersih diair yang mengalir
sebanyak tiga kali.. Kemudian alat-alat yang digunakan dipisah antara yang satu
dengan yang lainya.
h.
Penyedap Rasa : Tidak CCP. Ada bahaya
biologis, kimia, dan fisik. Cara pengendalian yaitu dengan ditaruh ditempat
bumbu yang terpisah dan tertutup rapi. Parameter CCP yaitu jika sudah
lembab,bergerumbul,berubah warna,rasa dan baunya. Batas kritis yang dapat
dilihat yaitu jika sudah lembab,bergerumbul,berubah warna,rasa dan baunya. Suhu
yang digunakan adalah suhu ruangan. Pemantau yang dilihat itu ditaruh di tempat
yang terbuka. Tindakan koreksinya yaitu ditaruh ditempat bumbu yang terpisah
dan tertutup rapih.
i.
Minyak Goreng : Termasuk CCP. Dengan
adanya bahaya biologis, kimia, dan fisik. Cara pengendaliannya yaitu dengan
ditaruh dibotol minyak goreng yang tertutup rapih. Parameter CCP nya yatiu Jika
sudah bewarna hitam pekat. Dan batas krtis yang dilihat memang sudah berwarna
hitam pekat. Yang kami pantau ditaruh dirantang baki terbuka. Tindakan koreksi
yang bisa dilakukan yaitu ditaruh dibotol minyak goreng yang tertutup rapih.
PRINSIP – 2 PENETAPAN CRITICAL CONTROL POINT (CCP)
CCP à titik,
prosedur atau tahap operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan
atau mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya. Pengelompokan &
Cara penetapan CCP :
v CCP1 à menghilangkan
atau mencegah bahaya
Setelah kami melakukan
CCP 1. Ternyata bukan CCP. Artinya bahan mentah yang digunakan mungkin
mengandung sensitive bahan berbahay mikrobiologis, kimia, dan fisik. Dan memang
benar setelah dilakukan peninjauan terhadap masing – masing bahan mentah.
Meskipun ada penanganan/ pengolahan pada saat mengkonsumsi tetap saja tidak
dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya.
v CCP2 à mengurangi
bahaya (tdk dpt menghilangkan) : Komposisi/formulasi
adonan/resep penting untung mencegah terjadinya bahaya . karena dengan kita
memperhatikan komposisi atau formulasi dari bahan mentah yang digunakan akan
sedikitnya dapat mencegah terjadinya bahaya.
PRINSIP – 3 PENETAPAN BATAS / LIMIT KRITIS
Penetapan batas/ limit
kritis kami mengambil beberapa hal yang harus diperhatikan seperti :
v Suhu
à
untuk penyimpanan bahan mentah yang akan digunakan esok hari beliau suka
menyimpannya didalam kulkas, dan suhu nya itu sesuai dengan kulkas itu sendiri.
Penyimpanan suhu yang baik sudah dijelaskan pada pembahasan diatas tentang
penyimpanan makanan yang baik dalam keadaan suhu tertentu.
v Konsentrasi
Pengawet à
pada pembuatan perkedel kentang tidak menggunakan pengawet dalam proses
penglahannya
v Konsentrasi
Garam à
Garam yang digunakan pada perkedel kentang yang dilakukan oleh Ibu Nengsih
diberikan secukupnya, dan menggunakan garam biasa. Garam yang digunakan
haruslah garam yang beryodium dan gunakanlah secukupnya
v Kondisi
fisik terdeteksi (warna, bau, tekstur) à Warna dari perkedel
tersebut adalah warna nya kuning keemasan. Dan tekstur yang ada di warteg
tersebut bagus, dan enak rasanya.
PRINSIP 4 – PEMANTAUAN
BATAS KRITIS
Pada
saat kami menanyakan kepada Ibu Nengsih tentang pemilihan bahan – bahan mentah,
beliau beli di warung atau di pasar Caringin. Cara pembuatan perkedel kentang
menurut beliau sudah dijelaskan dijelaskan dan prosedurnya sudah benar. Namun
yang perlu diperhatikan itu hal – hal kecil yang dapat mengakibatkan fatal
konsumen apabila kebersihan dalam proses pembuatan makanan tersebut kurang
diperhatikan.
Hasil
dari wawancara kami, ternyata untuk penyimpanan perkedel kentang ini diletakan
di atas piring, kemudian piring tersebut ditaruh di etalase atau lemari makan
yang biasa digunakan pada warung makan umumnya. Kemudian dalam lemari atau
etalase lemari makanan tertutupi oleh
hardeng/penutup makanan. Menurut kami, langkah yang dilakukan Ibu Nengsih sudah
bagus karena menutup lemari etalase nya dengan gordeng supaya lalat tidak
masuk. Tapi ada negatifnya juga, beliau terkadang lupa tidak menutup kembali
apabila sudah melayani konsumen, jadi kemungkinan lalat atau binatang kecil
lainnya bisa masuk.
Sedangkan
cara pendistribusian makanan ini dilakukan dengan cara melayani
konsumen/pembeli yang datang secara langsung ketempat warung ibu nengsih. Namun
jjka konsumen/pembeli membeli untuk dibawa pulang maka pendistribusian
dilakukan dengan cara membungkus perkedel kentang ini dengan plastik makanan
kemudian di bungkus lagi menggunakan plastic kresek (plastik jinjing).
1.
Terjadi bahaya
kesehatan : Pada saat melakukan pemantauan ternyata proses pembuatan perkedel
kentang ini menggunakan ada beberapa yag
menggunakan wadah (tempat) dalam proses pembuatan perkedel tersebut yang
wadahnya itu ada yang pecah. Dan waktu itu pada saat penyajian perkedel kentang
tersebut, kami sempat melihat ada lalat yang meempel pada makanan tersebut,
sehingga dapat mengakibatkan pathogen bagi kesehatan tubuh konsumen.
2.
Mutu bahan mentah tidak memenuhi syarat à ada beberapa bahan mentah
yag tidak memenuhi syarat seperti miyak yang digunakan harusnya menggunakan
minyak yang baik dan sekali pakai
3.
Produk diolah
pada kondisi yang tidak menjamin kesehatan
4.
Kemungkinan
bahaya dapat meningkat / berkembang
PRINSIP 5 – TINDAKAN KOREKSI
Perkedal
kentang ini termasuk kedalam makanan beresiko sedang yaitu Makanan dapatdiproses/diolah, tetapi
penyimpangan harus dikoreksi dalam waktu singkat kemudian pemantauan khusus
diperlukan sampai semua penyimpangan dikoreksi.
Pada proses pengolahan perkedel kentang ini banyak
hal yang menyimpang tentang cara pengolahan,penyimpanan bahan dan penyajian
diantaranya yaitu cara pembersihan bahan makanan yang tidak sesuai kemudian pengguanaan bahan yang tidah
seharusnya dipakai dan penyajian makanan dan pengemasan yang kurang memenuhi
standar kesehatan. Namun disini pemilik warung makan yaitu ibu nengsih tidak
malu mengakui dan bahkan cenderung mau bertukar fikiran mengenai bagaimana cara
memperbaiki mutu makanan ya ng menjadi menu favorit warung makan milik beliau
ini. Kemudian setelah banyak masukan-masukan yang kami lakukan dengan beliau,
beliau dengan baik merespon dan langsung memperbaiki hal-hal yang dianggap
salah pada saat pengolahan.
Tindakan koreksi ini perlu dilakukan dalam melakukan
HACCP. Karena dengan melakukan tindakan koreksi ini, kita mengetahui apa saja
kesalahan dalam proses pembuatan makanan yang bersangkutan.
PRINSIP – 6 : VERIFIKASI
Verifikasi ini
dilakukan apabila kita melakukan tinjauan tersendiri tentang HACCP yang kita
lakukan. Untuk kali ini tidak melakukan verifikasi.
PRINSIP – 7 : DOKUMENTASI HACCP
Dokumentasi HACCP ini banyak sekali
dimulai dari dokumentasi bahan – bahan mentahnya yang diambil di warung Pa H.
dadang serta dapur milik Ibu Nengsih. Dan ada sebagian foto ketika di warteg
milik Ibu Nengsih. Pada saat kami mengambil dokumentasi ini tanpa sepengetahuan
beliau, karena dikhwatirkan belia tersindir dengan cara kami mengambil
dokumentasi tersebut, tapi ada juga yang sepengetahuan beliau cuman tidak
banyak.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Dari pengamatan HCCP yang telah
kelompok kami lakukan dapat disimpulkan bahwa perkedel kentang yang dibuat oleh
warung makan ibu nengsih ini layak dimakan namun bisa membahayakan kesehatan
karena pada cara pengolahan dan penyajian banyak hal yang tidak memenuhi hygien
makanan yang seharusnya. Akan tetapi ibu negsih sangat terbuka dan mau menerima
masukan- masukan tentang bagaimana cara pencegahan, pengolahan, dan penyajian
yang baik dilakukan.
Makanan yang tidak diolah dengan baik
akan memberikan dampak bagi kesehatan yang mengkonsumsinya, makanan yang
pengolahannya tidak baik dapat menyebabkan makanan tersebut bisa terkontaminasi
bakteri E. Coli, dan bakteri E. Coli dapat menyebabkan penyakit
enterotoksigenik, enterohaemorrhagik, enteropatogenik, enteroinvasive,
enteroagregatif, dan diare. Berdasarkan KepMenKes RI NO 1098/Menkes/SK/VII/2003
6 prinsip Higiene Sanitasi Makanan meliputi : pemilihan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan,
pengangkutan makanan, dan penyajian makanan. Dan berdasarkan data, Rumah makan
yang memenuhi 6 prinsip hygiene sanitasi makanan hanya 68%.
4.2Saran
Sebaiknya pada
saat pengolahan bahan makanan dan pembuatan makanan harus diperhatikan
pemilihan bahan dan cara pembersihannya. Kemudian pada saat proses dari awal
pemilihan bahan sampai penyajian kebersihan harus tetap dijaga. Pencegahan bisa
dilakukan untuk meminimalisir terjadinya bahaya yang menyebabkan gangguan
kesehatan. Kemudian seharusnya diadakan wadah pelatihan/kursus penjamah
makanan maupun kepada pengusaha untuk menambah wawasan pengetahuan khususnya
mengenai hygiene dan sanitasi makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. HACCP. Available from
URL : http://tekpangunimus.blogspot.com/2008/12/hazard-analysis-critical-control-point.html
Anonim. 2010. Khasiat Kentang.
Available from URL : http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2010/11/06/khasiat-dari-kentang/
Anonim. 2010. Tips Memilih Kentang.
Available from URL : http://www.tepungkentang.co.cc/2010/02/tips-menyimpan-kentang.html
Anonim.
2011. Cara memilih telur. Available from URL : http://organisasi.org/tips-cara-memilih-telur-telor-segar-untuk-kebutuhan-masak-di-dapur
Anonim.
2011. Kualitas Telur. Available from URL : http://hidupsehatonline.com/telur-kualitas-dan-penyimpanan.html
Anonim. 2011. Cara tepat
membersihkan .garam. Available from URL : http://www.today.co.id/read/2011/06/02/35910/cara_tepat_membersihkan_daun_bawang
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi III-Badan
POM RI. ___. Prinsip Penerapan HACCP
pada Industri Makanan Siap Saji. Available from URL : http://www.klubpompi.com/files/5.%20siap%20Saji/6.%20HACCP.pdf
Halim.
2010. Hygiene dan Sanitasi Makanan. Available from URL : http://halim91.blogspot.com/2010/05/hygine-dan-sanitasi-makanan.html
Natural. 2008. Penyimpanan Kentang.
Available from URL : http://sunflower-natural.blogspot.com/2008/12/penyimpanan-kentang.html
Nurzan. 2010. Fungsi dan Bentuk
Garam. Available from URL : http://nurzanepastry.blogspot.com/2010/11/pengetahuan-tentang-fungsi-bentuk-dan.html
Ria. 2010. Available from URL. http://cherrianaksehat.blogspot.com/2010/04/memilih-garam-beryodium-jangan-asal.html
Riris. 2011. Cara Memilih Sayuran.
Available from URL : http://rirismanis.multiply.com/journal/item/25/CARA_MEMILIH_SAYURAN
Sudarmadji. 2005.
Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP). JURNAL KESEHATAN
LINGKUNGAN. VOL.1, NO.2, JANUARI 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar