PENGARUH AIR LIMBAH DOMESTIK TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza
sativa L.)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Seminar Proposal
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
Oleh :
WANTY INDRIYANI
208 700 614
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011
PENGARUH AIR LIMBAH DOMESTIK
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza
sativa L.)
1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara
agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai
petani. Karena hampir semua penduduk Indonesia mengkonsumi beras, jadi
kebanyakan petani memanfatkan lahan pertaniannya sebagai lahan untuk bertanam
padi. Seperti yang kita ketahui bahwa padi merupakan bahan makanan utama bagi
penduduk indonesia, meskipun ada sebagian yang mengkonsumsi jagung, ubi dan
sagu.
Firmanto (2011)
menjelaskan
bahwa
beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan makanan pokok lebih dari
separuh
penduduk Asia. Sekitar 1.750 juta jiwa dari sekitar tiga milliar penduduk Asia,
termasuk 200 juta penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalorinya dari
beras. Oleh sebab itu, di negara – negara Asia beras memiliki nilai ekonomi
sangat berarti..
Dalam
Al-Qur’an dijelaskan pada surat Al - Nahl ayat 10 yang berbunyi:
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ( /ä3©9 çm÷ZÏiB Ò>#tx© çm÷ZÏBur Öyfx© ÏmÏù cqßJÅ¡è@ ÇÊÉÈ
Artinya
: “Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya
menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh -tumbuhan, yang pada
(tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (Q.S. An – Nahl ayat 10)
Pada ayat diatas menjelaskan bahwa
Allah SWT telah menurunkan air hujan menjadi minuman dan untuk menyuburkan
tumbuh – tumbuhan. Maksudnya dalah air hujan yang telah Allah SWT turunkan ke
bumi ini, salah satunya bisa digunakan untuk menyuburkan tumbuh – tumbuhan.
Misalnya, padi (Oryza sativa L.)
sangat membutuhkan air dalam pertumbuhannya. Air irigasi sangat penting dalam
proses budidaya tanaman ini. Karena keterbatasan air irigasi, diperlukan adanya
pemanfaatan air limbah domestik yang bisa dijadikan alternatif pengganti air
irigasi yang semakin hari semakin berkurang ketersediannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kebutuhan air untuk padi sawah sebanyak 0,74 – 1,2 l/det/ha, atau 6,39 – 10,37
mm/hari/ha. Kebutuhan air terbanyak pada saat penyiapan lahan sampai tanam
sampai pengisian bulir padi. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah sampai siap
tanam (30 hari) adalah
20% dari total kebutuhan air untuk padi sawah dan fase bunting sampai pengisian
bulir (15 hari) mengonsumsi air sebanyak 35% (Juliardi dan Ruskandar, 2006).
Irigasi berarti mengalirkan air secara
buatan dari sumber air yang tersedia ke sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan
tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur
sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal (Evana,
2010).
Irigasi bagi tanaman padi berfungsi sebagai penyedia air yang cukup dan stabil
untuk menjamin produksi padi. Tanaman padi memerlukan banyak air untuk
hidupnya. Pada akhir – akhir ini ketersediaan air irigasi untuk pertanian
semakin terbatas.
Setiap
aktivitas manusia akan menghasilkan limbah. Dan sebagian besar
masyarakat mengenalnya dengan istilah air limbah. Air limbah adalah cairan atau
buangan dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lain yang
mengandung bahan – bahan yang dapat membahayakan kehidupan manusia maupun
makhluk hidup lain serta mengganggu kelestarian lingkungan (Hidayah dan Aditya, ___).
Yusuf (2008) menjelaskan bahwa meningkatnya
aktivitas manusia di rumah tangga menyebabkan semakin besarnya volume limbah
yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Volume air limbah domestik meningkat 5
juta m3pertahun,
dengan peningkatan kandungan rata-rata 50%. Konsekuensinya adalah beban badan
air yang selama ini dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga menjadi
semakin berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti saluran air, biota
perairan dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya
pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan.
Selain sebagai sumber pencemaran air, limbah domestik juga memiliki kandungan bahan berupa 99,9
persen air dan 0,1 persen bahan padat.
Dari 0,1 persen bahan padat itu, terdiri dari bahan organik sebanyak 70
persen, yang meliputi karbohidrat (25%), lemak (10%), protein (65%) dan bahan
anorganik sebanyak 30 persen, yang terdiri dari logam, tanah, dan pasir
(Dinata, 2009).
Kondisi memungkinkan air limbah domestik
untuk dijadikan alternatif pengganti air irigasi pertanian yang makin berkurang
ketersediannya.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan penjelasan pada
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana pengaruh air limbah domestik terhadap
pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L. )?
2.
Bagaimana pengaruh pemberian pupuk dengan limbah domestik
terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza
sativa L.)?
3.
Bagaimana pengaruh pemberian tanpa pupuk dengan
limbah domestik terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.)?
1.3 Tujuan
Berdasarkan penjelasan pada
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh air limbah domestik terhadap
pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L. )?
2. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk dengan limbah domestik
terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza
sativa L.)?
3. Bagaimana pengaruh pemberian tanpa pupuk dengan
limbah domestik terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.)?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada seluruh masyarakat
pada umumnya dan petani pada khususnya agar bisa memanfaatkan air limbah
domestik sebagai pengganti air irigasi pertanian khususnya
tanaman padi (Oryza sativa L.).
2.
Kerangka
Pemikiran
Padi (Oryza
sativa L.) merupakan bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia,
karena 95% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Indonesia pernah berhasil
berswasembada beras pada tahun 1984. Tingginya konsumsi beras disebabkan oleh
sebagian besar penduduk Indonesia beranggapan bahwa beras merupakan bahan
makanan pokok yang belum digantikan keberadaannya (Santoso, dkk. 2005). Pada beberapa tahun terakhir ini, kita
terpaksa mengimport beras dari negara – negara tetangga, sebab produksi beras kita tidak mencukupi
kebutuhan. Melihat kenyataan ini maka perlu upaya – upaya untuk menjaga produksi
padi supaya tidak semakin merosot, tetapi justru perlu diupayakan sehingga
kualitas produksinya semakin bagus (Dewi,
dkk. _____)
Padi (Oryza
sativa L.) merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian kuno ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat Tropis
dan Subtropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejian (Cina)
sudah dimulai pada 3000 tahun SM (Purwono dan Purnamawati, 2009).
Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari
dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian
generatif berupa malai dan bunga. Organ-organ tanaman yang berfungsi mendukung
atau menyelenggarakan proses pertumbuhan adalah bagian vegetatif. Termasuk ke
dalam bagian ini adalah akar, batang dan daun. Organ generatif padi terdiri
dari malai, bunga, dan buah padi (gabah). Awal fase generatif diawali dengan
fase primordial bunga yang tidak sama untuk setiap varietas (Firmanto, 2011).
Batang padi berbuku dan berongga. Dari
buku batang ini tumbuh anakan atau daun. Bunga atau malai muncul dari buku
terakhir pada tiap anakan. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif
dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi
terkonsentrasi pada kedalaman antara 10 - 20cm. Padi dapat beradaptasi pada
lingkungan tergenang (anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma. Struktur aerenchyma seperti pipa yang memanjang
hingga ujung daun. Aerenchyma
berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran. Biji padi mengandung
butiran pati amilosa dan amilopektin dalam endosperm. Perbandingan amilosa dan
amilopektin akan mempengaruhi mutu dan rasa nasi (Purwono dan Purnamawati,
2009).
Klasifikasi botani tanaman padi adalah
sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Family : Gramineae (Poaceae)
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa L.
(Hanum. 2008)
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah Oryza sativa
L dengan dua sub species yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia
dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo)
yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan
penggenangan. Varietas unggul padi yang saat ini banyak ditanam
berasal dati hasil IRRI atau silangan dalam negeri. Varietas hasil silangan
dalam negeri antara lain Ciherang,
Cisadane,
Cisanggarung, Cisantana, Cisokan, Citanduy, Citarum, Fatmawati, Sintanur,
Winongo, dan Yuwono (Purwono dan Purnamawati, 2009).
Dalam penelitian ini jenis varietas padi
yang digunakan adalah padi Ciherang. Padi Ciherang adalah varietas yang
paling banyak ditanami karena memiliki beberapa kelebihan seperti umur tanam
yang pendek, hanya 80-96 hari atau tiga bulan sepuluh hari, sehingga
mempercepat panen dan meningkatkan produksi padi. Jenis padi Ciherang merupakan
hasil persilangan IR 18349 - 53-1-3 -1-3/2*IR 19661-1-131-3-1-3/4*IR64 dengan
golongan cere, umur tanaman 116-125 hari, bentuk tanaman tegak, warna kaki dan
batang hijau, muka daun kasar pada sebelah bawah, kerontokan sedang, kadar
amolisa 23%. Ciherang baik ditanam di lahan irigasi dataran rendah sampai 500 m
dpl. Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman. Berbeda
dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman menggunakan bahan
anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya (Suprihanto, dkk,
2009).
Padi
(Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang unik karena dapat tumbuh dalam
keadaan tanah tergenang maupun pada tanah kering. Penanaman padi di lahan sawah biasanya dalam keadaan
tergenang. Oleh karena itu tanaman memerlukan air dan juga ketersediaan unsur hara terlarut. Kebutuhan akan
air terasa pada saat musim kemarau (Dewi,
dkk. _____)
Irigasi
secara umum didefinisikan sebagai pemberian air kepada tanah dengan maksud
untuk memasok kelembaban tanah esensial bagi
pertumbuhan tanaman. Air irigasi digunakan sebagai sarana
yang sangat penting bagi tanaman untuk beberapa hal antara lain seperti pelarut bahan makanan (unsur hara),
pengangkut bahan makanan terlarut melalui akar ke tubuh tanaman, dan membantu
proses fotosintesis (Nurrochmad,
2007).
Tujuan umum irigasi adalah menjamin keberhasilan produksi tanaman dalam menghadapi
kekeringan jangka pendek, mendinginkan
tanah dan atmosfir sehingga akrab dengan pertumbuhan tanaman, mengurangi bahaya cekaman kekeringan, mencuci atau melarutkan garam dalam tanah, melunakkan lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah (Hanum, 2008)
Sofiyuddin, dkk (2010) menjelaskan bahwa kebutuhan
air irigasi lebih rendah pada metode budidaya SRI (System
of Rice Intensification) karena pemberian air dilakukan secara intermittent (terputus) menggunakan alternasi genangan dangkal (±2 cm)
atau macak-macak hingga retak rambut. Penggenangan dangkal menghasilkan laju
perkolasi yang lebih rendah sehingga kebutuhan air selama musim tanam menjadi
lebih rendah dibandingkan genangan dalam (±10 cm) seperti pada budidaya
konvensional. Selain itu, dengan adanya periode dimana tanah tidak dalam
kondisi jenuh akan semakin baik sehingga produktivitas padi dapat meningkat.
SRI (System of Rice Intensification)
merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya
padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanaman, tanah dan air melalui
pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah
lingkungan. (Suryanata, 2007 dan Anugrah dkk. 2008 dalam Sari, 2009). Penerapan SRI (System
of Rice Intensification) berdasarkan atas lima komponen penting yaitu, penanaman
bibit muda (6-12 hari setelah semai), bibit ditanam satu batang per lubang,
jarak tanaman yang lebar (30 cm x 30 cm), kondisi tanah yang lembab (tidak
tergenang) dan rutin dilakukan penyiangan untuk menghilangkan gulma serta
meningkatkan aerasi tanah (Sutaryat, 2008 dalam
Sari, 2009).
Purba (2009) menjelaskan bahwa metode SRI
(System of Rice Intensification) yang telah dikembangkan di kawasan Indonesia
timur sejak beberapa tahun lalu itu terbukti mampu meningkatkan produksi beras
hingga rata-rata 78 persen. (Anas
dan Indra. 2008). Pada dasarnya SRI (System of Rice Intensification)
dan pengelolaan terpadu adalah sama, hanya strategisnya yang berbeda.
Strategi SRI dipusatkan pada penggunaan pupuk organik yang diintegrasika dengan
teknik pengairan berkala, akan mampu menyediakan hara untuk kebutuhan tanaman
padi.
Paling tidak ada 16
unsur yang dibutuhkan tanaman. Diantaranya adalah karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), potasium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg), sulfur (S), klor (Cl), Bron (B), tembaga (Cu), mangan (Mn), besi (Fe),
seng (Zn), dan molibdenum (Mo). Beberapa unsur hara tersebut diperoleh tanaman
dari tiga sumber, yaitu dari udara, air,
dan tanah. Unsur hara yang berasal dari udara antara lain karbon dalam bentuk
CO2, oksigen
dalam bentuk gas oksigen (O2). Dan hidrogen dalam bentuk gas H2O (Purwa, 2007). Sedangkan unsur – unsur hara lain diserap tanaman
dari dalam tanah. Oleh karena itu penggunaan air limbah yang mengandung
berbagai unsur untuk pengairan tanaman padi sangat memungkinkan (Dewi, dkk. ____).
Limbah adalah zat,
energi, dan atau komponen lain yang dikeluarkan atau dibuang akibat sesuatu
kegiatan baik industri maupun non-industri. Buangan industri adalah bahan
buangan sebagai hasil sampingan dari proses produksi industri yang dapat
berbentuk benda padat, cair maupun gas yang dapat menimbulkan pencemaran. Sedangkan buangan non-industri adalah bahan
buangan sebagai hasil sampingan bukan dari industri, melainkan berasal dari
rumah tangga, kantor, restoran, tempat hiburan, pasar, pertokoan, rumah sakit
dan lain-lain yang dapat menimbulkan pencemaran.(Harmayani dan Konsukartha, 2007).
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal
dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restaurant),
perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama (Hidayah dan Aditya. ____). Air
limbah domestik (berasal dari pemukiman) terutama terdiri dari tinja, air kemih
dan buangan air limbah lain (kamar mandi, dapur, cucian) yang kira – kira
mengandung 99,9% air dan 0,1% zat padat. Zat padat yang ada terbagi atas 70%
zat organik dan sisanya 30% zat anorganik terutama pasir, garam – garaman dan
logam. Limbah domestik mencakup seluruh limbah rumah tangga yang dibuang ke
dalam saluran pembuangan, termasuk limbah sejumlah besar industri kecil yang
sulit diidentifikasi dan dihitung secara terpisah (Yuniati, 2010).
Menurut
Yuniati (2010), karakteristik air limbah domestik yaitu :
a. Karakteristik
Fisik
1) Zat
padat
Zat padat dalam air
limbah adalah semua zat padat yang tetap tinggal sebagai residu pada pemanasan
103 – 105° C dalam laboratorium.
2) Bau
Bau dalam air limbah disebabkan dalam gas – gas hasil dari dekomposisi zat – zat organik dalam air limbah. Air limbah yang baru tidak berbau atau sedikit berbau sedangkan air limbah yang lama dan membusuk sering berbau sangat menyengat hidung.
Bau dalam air limbah disebabkan dalam gas – gas hasil dari dekomposisi zat – zat organik dalam air limbah. Air limbah yang baru tidak berbau atau sedikit berbau sedangkan air limbah yang lama dan membusuk sering berbau sangat menyengat hidung.
3) Suhu
Air limbah pada umumnya
mempunyai suhu yang lebih tinggi daripada suhu udara setempat. Suhu air limbah
merupakan parameter penting, sebab efeknya dapat mengganggu dan meninggalkan
reaksi kimia kehidupan akuatik.
4) Warna
Air limbah yang baru biasanya bewarna abu – abu, namun apabila bahan organik mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme dan oksigen terlarut turun hingga nol, maka air limbah tersebut berubah warna menjadi hitam.
Air limbah yang baru biasanya bewarna abu – abu, namun apabila bahan organik mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme dan oksigen terlarut turun hingga nol, maka air limbah tersebut berubah warna menjadi hitam.
b. Karakteristik
Kimia
1) Bahan
organik
Bahan organik yang
dijumpai dalam air limbah terdiri atas 65 % protein, 25 % karbohidrat, dan 10 %
lemak atau minyak. Minyak dan lemak dapat dijumpai dalam air limbah domestik yang
berasal dari makanan yang tidak dapat larut di dalam air melainkan mengapung di
atas permukaan air sehingga menutupi permukaan air bila dibuang ke sungai.
Lapisan ini dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, tetapi memerlukan waktu
yang cukup lama.
2) BOD
(Biologycal Oxygen Demand)
BOD merupakan ukuran
banyaknya oksigen dalam air yang digunakan mikroba air untuk menguraikan bahan
organik baik langsung maupun tidak langsung .
3) DO
(Dissolved Oxygen)
DO adalah oksigen yang
terlarut dalam air. Oksigen terlarut adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan di
dalam air (ikan dan tanaman air). Konsentrasi oksigen terlarut bergantung pada
suhu dan tekanan atmosfir, sehingga semakin tinggi suhu air maka semakin rendah
kadar oksigen yang terlarut dalam air. Air limbah biasanya memiliki suhu yang
lebih tinggi dari air biasa, sehingga air limbah memiliki oksigen yang terlarut
lebih rendah daripada air biasa.
4) COD
(Chemical Oxygen Demand)
COD adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan – bahan organik secara kimiawi
yang terdapat di dalam air dengan sempurna. Kadar COD dalam air buangan rumah
tangga adalah rendah, hal itu karena proses oksidasi dalam air kotor hanya
memerlukan oksigen yang rendah.
5) PH
(Puissance d’Hydrogen Scale)
PH adalah ukuran yang
menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan. Air limbah pada umumnya
mempunyai Ph netral yang disebabkan adanya buffer air. Limbah atau air buangan
rumah tangga mempunyai ph < 7 atau bersifat asam. Adapun pH yang baik untuk
air minum maupun air limbah adalah netral (7).
c. Karakteristik
Biologi
Dalam air kotor
mikroorganisme apathogen lebih banyak dibandingkan pathogen. Ciri – ciri
biologis limbah merupakan hal yang penting dalam menentukan tingkat pencemaran,
karena berbagai jenis bakteri yang terdapat di dalam air limbah sangat
berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit.
d. Karakteristik
Zat Hara
Bahan padat yang terkandung dalam
air limbah (0,1 %) berupa bahan padatan terambang, koloid dan terlarut yang
terdapat dalam air limbah mengandung unsur hara tumbuhan yaitu Nitrogen, Fosfor
dan Kalium serta unsur – unsur hara lainnya seperti Tembaga, Besi, Seng. Jumlah
kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium dalam air limbah tidak terolah biasanya
berkisar 1 – 100 mg/l (Nitrogen), 5 – 25 mg/l (Fosfor), 10 – 100 mg/l (Kalium).
3.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka
pemikiran di atas maka dapat ditarik hipotesis bahwa :
v Air
limbah domestik dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).
v Pemberian
pupuk dengan limbah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).
v Pemberian
tanpa pupuk dengan limbah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).
4.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) disusun secara faktorial, dengan 2 faktor. Faktor
pertama adalah takaran air limbah (L), yang terdiri atas 4 taraf yakni 0% (L0),
50% (L1), 75% (L2), dan 100% (L3). Faktor kedua adalah penggunaan pupuk (P)
terdiri dari 2 taraf yakni pupuk (P1) dan tanpa pupuk (P2). Dengan demikian
diperoleh 8 kombinasi perlakuan dan masing – masing diulang 3 kali.
Kombinasi
perlakuan tersebut adalah :
L0P1 L0P2 L1P1 L1P2
L2P1 L2P2 L3P1 L3P2
Peta
Randomisasi :
L1P1U2
|
L0P1U3
|
L2P2U1
|
L0P2U3
|
L2P1U2
|
L0P2U2
|
L2P2U2
|
L1P1U1
|
L3P1U1
|
L1P2U3
|
L0P1U1
|
L0P2U1
|
L2P1U3
|
L0P1U2
|
L1P2U1
|
L3P1U2
|
L2P1U1
|
L1P1U3
|
L1P2U2
|
L3P2U2
|
L3P2U3
|
L3P1U3
|
L2P2U3
|
L3P2U1
|
4.1 Prosedur Penelitian
Penelitian
ini dimulai dari penyiapan lahan, penyemaian, penanaman, pemupukan hingga
selesai panen.
1.
Penyiapan lahan
Waktu
pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum penanaman.
Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, penggaruan, dan perataan. Sebelum
diolah tanah digenangi air terlebih dahulu selama sekitar 7 hari. Setelah itu
dilakukan pembajakan, penggaruan untuk kemudian diratakan. Kedalaman lapisan
tanah olah berkisar 15-20 cm. tujuannya untuk memberikan media pertumbuhan padi
yang optimal dan gulma darat terbenamkan dengan sempurna.
2.
Pemilihan benih
Benih
padi yang digunakan adalah varietas padi ciherang, sebelum disemai benih
direndam terlebih dahulu dalam larutan air garam (200 gram/liter air). Benih
yang mengambang dibuang, benih yang bagus ditiriskan lalu dicuci kemudian
direndam kembali dengan air bersih selama 24 jam. Air rendaman diganti setiap
12 jam. Perendaman dimaksudkan untuk memecahkan dormansi. Benih kemudian
dihamparkan dan dibungkus karung basah selama 24 jam. Bakal lembaga akan muncul
berupa bintik putih pada bagian ujungnya. Hal tersebut menunjukan benih siap
untuk disemai.
3. Penyemaian
Benih disebar di atas lahan semai secara merata.
Kondisi air dipertahankan tergenang hingga bibit siap dipindah tanamkan.
4.
Penanaman
Saat
penanaman kondisi lahan dalam keadaan tidak tergenang atau macak-macak. Jarak
tanam sekitar 25 cm x 25 cm. bibit yang ditanam sekitar 3 batang /lubang.
Penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam apabila ada bibit yang mati.
5.
Pengairan
Umur/fase
tanaman
|
Pemberian
air
|
Tanam – 14
HST
|
Diairi terus menerus setinggi 2-3 cm
|
14 HST
|
Kondisi
tanah macak – macak (Kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang)
|
15
HST-20 HST
|
Polibag kembali diairi terus menerus setinggi 2-3 cm
|
21 HST-
28 HST (Menjelang Berbunga)
|
Kondisi
tanah macak – macak (Kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang)
|
29 HST -
34 HST (Menjelang Berbunga)
|
Polibag
kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua.
|
35 HST -
40 HST (Fase Berbunga)
|
Polibag
kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua.
|
41-20 HSP – panen
|
Polibag
diairi kembali setinggi 1- 2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi
“masak susu”
|
20 HSP-
panen
|
Kemudian Polibag kembali dikeringkan sampai saat panen
tiba.
|
Keterangan
:
HST : hari setelah tanam
HSP : hari sebelum panen
6.
Pemupukan
Pemupukan
merupakan satu – satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur
hara tanah yang dibutuhkan tanaman. Dengan adanya pemupukan, tanaman dapat tumbuh
optimal dan berproduksi maksimal (Purwa, 2007)
Pada
penelitian ini kami menggunakan pupuk majemuk. Pupuk majemuk yaitu pupuk yang
mengandung dua atau tiga unsur hara primer (Purwa, 2007). Pada awalnya
pemberian pupuk pertama dilakukan seperti memberikan pupuk pada pada umumnya.
Tetapi untuk pemberian pupuk kedua menggunakan bagan warna daun (BWD).
Bagan warna daun (BWD) merupakan alat skala
warna yang terbuat dari plastik, terdiri atas enam skala warna mulai dari skala
1 dengan warna hijau kekuningan hingga skala 6 dengan warna hijau tua,
berukuran 7 cm x 19,50 cm. Skala tersebut diperhitungkan berdasarkan skala pada
alat yang efektif digunakan sebagai petunjuk untuk pemupukan N pada tanaman
padi. Alat ini dapat mendeteksi status kandungan N pada tanaman padi. Batas
kritis skala warna daun dipengaruhi oleh varietas, cara tanam, populasi
tanaman, dan status hara tanah (Wahid, 2003)
Pengamatan dilakukan dengan memilih secara
acak 10 tanaman sampel yang sehat (tidak terinfeksi penyakit maupun terdapat
gejala defisiensi/ keracunan hara selain N) dalam hamparan yang seragam. Alat
diletakkan di belakang permukaan daun termuda yang sudah membuka, kemudian
disesuaikan dengan skala warna sampai warna daun sama dengan warna alat.
Skala warna dicatat kemudian berpindah ke
sampel tanaman lain hingga sampel ke-10. Apabila nilai rata-rata skala yang
tercatat sama atau kurang dari skala yang ditentukan yaitu empat (4), maka tanaman padi perlu segera
dipupuk. Pada saat membaca skala warna, daun harus dihindarkan dari cahaya
matahari langsung. Caranya pengamat membelakangi arah matahari sehingga daun
terlindung oleh bayangan badan pengamat. Jumlah pupuk SP-36 dan KCl yang
diberikan untuk pemupukan pertama (dasar) disesuaikan dengan takaran
rekomendasi setempat. Pupuk diberikan sebelum tanam atau bersamaan dengan
pemupukan N pertama yaitu pada umur 14 hari setelah tanam (HST), 21 hari
setelah tanam (HST), dan 30 hari setelah tanam
(HST) (Wahid, 2003)
4.2 Peubah yang
diamati
Dalam penelitian ini, peubah yang diamati adalah:
v Laju pertumbuhan tumbuhan :
-
Tinggi
tumbuhan
-
Jumlai Malai
-
Jumlah
anakan
v Berat basah dan kering
gabah
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan
dilaksanakan di sebuah screen house di
Jalan Babakan Ciparay Gg. Situgunting Barat No. 01 Rt/Rw : 03/09 Bandung 40223. Dari bulan Juni – Oktober 2011.
4.4 Alat
v Screen
house (Sebuah ruangan
yang dibuat dengan tujuan agar keadaan atau pengaruh
lingkungan adalah sama)
v Polybag dengan diameter 30 cm
v Termometer ruangan
v Penggaris 30 cm
v BWD (Bagan warna Daun)
4.5 Bahan
v Limbah Domestik yang
sudah mengalami proses pengolahan di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Bojongsoang dan bebas dari B3
v Varietas padi yang
digunakan adalah padi Ciherang
v Tanah yang merupakan
tanah gembur
v Sekam (sisa
pelapukan jerami padi)
v Pupuk yang digunakan
adalah pupuk majemuk
v Air
4.6 Analisis Data
Menurut Brock and Madigan (1998) dalam Bahri (2010) menjelaskan persamaan
yang beruhubungan dengan laju pertumbuhan tumbuhan yaitu :
|
Keterangan
:
Penelitian ini menggunakan analisis of varian (ANOVA) yang apabila terdapat beda nyata
dilanjutkan dengan uji Duncan.
S
|
LSR = SSR
x S
|
Keterangan : r/n =
ulangan
KTG
= kuadrat tengah galat
SSR =
bisa dilihat dari tabel
Karena
jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 30 maka digunakan uji t.
t =
|
Analisis
Ragam bagi Klasifikasi dua arah dengan interaksi
Sumber
Keragaman
|
Jumlah
Kuadrat
|
Derajat
Bebas
|
Kuadrat
Tengah
|
f hitung
|
Nilai
tengah baris
|
JKB
|
t - 1
|
S
|
f1 =
|
Nilai
tengah kolom
|
JK (BK)
|
c - 1
|
S
|
f 2 =
|
Interaksi
|
JK (BK)
|
(r-1) (c-1)
|
S
|
f3 =
|
Galat
|
JKG
|
rc (n-1)
|
S
|
|
Total
|
JKT
|
rcn - 1
|
|
|
Rumus hitung jumlah kuadrat :
JKT =
2ijk –
JKB =
-
JKK =
-
JK (BK) =
-
-
+
JKG = JKT – JKB – JKK – JK (BK)
4.7 Jadwal Pelaksnaan
Terlampir
DAFTAR
PUSTAKA
Anas, I. dan
B. Setyawan. 2008. Metode SRI Tingkatkan Produksi Beras 78
Persen. Available from URL : http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/34308/2/Metode%20SRI%20Tingkatkan%20Produksi%20Beras%2078%20Persen.pdf
Bahri, S. 2010.
Firoremediasi Timbal (Pb) dalam Air Tercemar oleh Tumbuhan Air Great Duckweed (Spirodela polyrhiza). Jurnal Teknik Hidraulik. Vol.1 No,2 : 95
– 192
Dewi, dkk. ____. Kajian Pemanfaatan Air Limbah
Industri Kawasan Jaten Karang Anyar, terhadap Pertumbuhan dan Serapan Logam Berat
pada Berbagai Organ Tanaman Padi (Oryza sativa). Jurnal
Caraka Tani.
Volume 13. Hal 14
Dinata, A.
2009. Dasar Pertimbangan Air Limbah Rumah
Tangga. Available from URL : http://arda.students-blog.undip.ac.id/2009/10/18/dasar-pertimbangan-pengolahan-air-limbah-rumah
tangga /-diakses -19-01-11
Evana. 2010. Pengertian Irigasi. Available from URL : http://blog.ub.ac.id/evananp/2010/05/14/pengertian-irigasi/-
diakses-12-04-11
Firmanto,
B, Ir. 2011. Sukses
Bertanam Padi secara Organik. Bandung : Angkasa
Hanum, C. 2008. Teknik
Budidaya
Tanaman. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
Harmayani, K. dan Konsukartha. 2007. Pencemaran Air tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh. Jurnal
permukiman tanah. Vol. 5 NO. 2 : 62 - 108
Hidayah E dan
Aditya, W. ____. Potensi dan Pengaruh Tanaman Pada
Pengolahan Air Limbah. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol.2 No. 2
Juliardi, dan Ade Ruskandar. 2006. Teknik
Mengairi Padi Kalau Macak-Macak Cukup, Mengapa Harus digenang?. Available from URL : http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st130906-1.pdf-diakses-25-04-11
Kunia,
B. 2009. Metode SRI Mudah dan Menguntungkan.
Available from URL : http://belan.blogdetik.com/2009/03/15/metode-sri-mudah-dan-menguntungkan/-diakses-19-01-11
Mulyadi,
A. 1999. Pertumbuhan dan daya Serap Nutrien dari Mikroalga Dunalilella tertiolecta yang Dipelihara
pada Limbah Domestik. Jurnal Natur Indonesia 1I (1): 65 - 68
Nurrochmad,
F. 2007. Kajian Pola Hemat Pemberian Air Irigasi. Jurnal Penelitian.
No. XVII Hal 157 - 529
Purwa. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta : Agromedia Pustaka
Purba,
R. 2009. Produksi Tanaman Padi (Oryza
sativa) dengan Metode Penanaman dan Perlakuan Berbagai Varietas. Jurnal Penelitian. Edisi 2, Hal 13 - 19
Purwono,
Ir, MS dan Ir. Heni Purnamawati. 2009. Budidaya
8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta : Swadaya
Sari,
E. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode System
of Rice Intensification (SRI) di Desa limo, Depok, Jawa Barat. [Skripsi]. Program
Studi Manajemen Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.
Santoso,
dkk. 2005. Analisis Usaha Padi Sawah (Oryza
sativa) dengan Benih Sertifikasi dan Non Sertifikasi (Studi Kasus di
DesacKarang Sari, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon). Jurnal Agrijati. Vol 1 No 1 Hal 52 - 64
Sofiyuddin,
H, dkk. 2010. Pemberian Air Irigasi pada
Budidaya Padi SRI di Musim Hujan dan Kemarau (Studi Kasus Petak Tersier CMA 5
KI, di Ciramajaya Tasikmalaya). Jurnal
Penelitian. Vol. 1 No. 2 (95-192)
Suprihanto,
B. dkk. 2009. Deskripsi
Varietas Padi. Subang: Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi
Wahid, A. 2003. Peningkatan Efisiensi Pupuk Nitrogen pada Padi Sawah
dengan Menggunakan Bagan Warna Daun. Jurnal
Litbang Pertanian. Vol 22(4)
Yuniati, I. 2010. Limbah Domestik. Available from URL : http://kayun.blog.uns.ac.id/-diakses-23-05-11
Yusuf, Guntur. 2008. Bioremediasi Limbah Rumah
Tangga dengan Simulasi Tanaman Air. Jurnal
Bumi Lestari. Vol. 8 No. 2, Agustus 2008. Hal. 136-144
Tidak ada komentar:
Posting Komentar