Minggu, 10 Juni 2012

Contoh Proposal Penelitian


PENGARUH AIR LIMBAH DOMESTIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Seminar Proposal 
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi 
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung 



Oleh :
WANTY INDRIYANI
208 700  614





PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011



PENGARUH AIR LIMBAH DOMESTIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

1.        Pendahuluan
1.1  Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Karena hampir semua penduduk Indonesia mengkonsumi beras, jadi kebanyakan petani memanfatkan lahan pertaniannya sebagai lahan untuk bertanam padi. Seperti yang kita ketahui bahwa padi merupakan bahan makanan utama bagi penduduk indonesia, meskipun ada sebagian yang mengkonsumsi jagung, ubi dan sagu.
Firmanto (2011) menjelaskan bahwa beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan makanan pokok lebih dari separuh penduduk Asia. Sekitar 1.750 juta jiwa dari sekitar tiga milliar penduduk Asia, termasuk 200 juta penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras. Oleh sebab itu, di negara – negara Asia beras memiliki nilai ekonomi sangat berarti..
Dalam Al-Qur’an dijelaskan pada surat Al - Nahl ayat 10 yang berbunyi:
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ( /ä3©9 çm÷ZÏiB Ò>#tx© çm÷ZÏBur ֍yfx© ÏmŠÏù šcqßJŠÅ¡è@ ÇÊÉÈ   
Artinya : “Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh -tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (Q.S. An – Nahl ayat 10)
            Pada ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menurunkan air hujan menjadi minuman dan untuk menyuburkan tumbuh – tumbuhan. Maksudnya dalah air hujan yang telah Allah SWT turunkan ke bumi ini, salah satunya bisa digunakan untuk menyuburkan tumbuh – tumbuhan. Misalnya, padi (Oryza sativa L.) sangat membutuhkan air dalam pertumbuhannya. Air irigasi sangat penting dalam proses budidaya tanaman ini. Karena keterbatasan air irigasi, diperlukan adanya pemanfaatan air limbah domestik yang bisa dijadikan alternatif pengganti air irigasi yang semakin hari semakin berkurang ketersediannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan air untuk padi sawah sebanyak 0,74 – 1,2 l/det/ha, atau 6,39 – 10,37 mm/hari/ha. Kebutuhan air terbanyak pada saat penyiapan lahan sampai tanam sampai pengisian bulir padi. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah sampai siap tanam (30 hari) adalah 20% dari total kebutuhan air untuk padi sawah dan fase bunting sampai pengisian bulir (15 hari) mengonsumsi air sebanyak 35% (Juliardi dan Ruskandar, 2006).
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia ke sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal (Evana, 2010). Irigasi bagi tanaman padi berfungsi sebagai penyedia air yang cukup dan stabil untuk menjamin produksi padi. Tanaman padi memerlukan banyak air untuk hidupnya. Pada akhir – akhir ini ketersediaan air irigasi untuk pertanian semakin terbatas.
Setiap aktivitas manusia akan menghasilkan limbah. Dan sebagian besar masyarakat mengenalnya dengan istilah air limbah. Air limbah adalah cairan atau buangan dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lain yang mengandung bahan – bahan yang dapat membahayakan kehidupan manusia maupun makhluk hidup lain serta mengganggu kelestarian lingkungan (Hidayah dan Aditya, ___).
Yusuf (2008) menjelaskan bahwa meningkatnya aktivitas manusia di rumah tangga menyebabkan semakin besarnya volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Volume air limbah domestik meningkat 5 juta m3pertahun, dengan peningkatan kandungan rata-rata 50%.  Konsekuensinya adalah beban badan air yang selama ini dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga menjadi semakin berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti saluran air, biota perairan dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan.
Selain sebagai sumber pencemaran air, limbah domestik juga memiliki kandungan bahan berupa 99,9 persen air dan 0,1 persen bahan padat.  Dari 0,1 persen bahan padat itu, terdiri dari bahan organik sebanyak 70 persen, yang meliputi karbohidrat (25%), lemak (10%), protein (65%) dan bahan anorganik sebanyak 30 persen, yang terdiri dari logam, tanah, dan pasir (Dinata, 2009).
Kondisi memungkinkan air limbah domestik untuk dijadikan alternatif pengganti air irigasi pertanian yang makin berkurang ketersediannya.

1.2  Rumusan Masalah
     Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana pengaruh air limbah domestik terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L. )?
2.      Bagaimana pengaruh  pemberian pupuk dengan limbah domestik terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.)?
3.      Bagaimana pengaruh pemberian tanpa pupuk dengan limbah domestik terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.)?

1.3  Tujuan
     Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1.   Bagaimana pengaruh air limbah domestik terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L. )?
2.  Bagaimana pengaruh  pemberian pupuk dengan limbah domestik terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.)?
3.   Bagaimana pengaruh pemberian tanpa pupuk dengan limbah domestik terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L.)?


1.4  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada seluruh masyarakat pada umumnya dan petani pada khususnya agar bisa memanfaatkan air limbah domestik sebagai pengganti air irigasi pertanian khususnya tanaman padi (Oryza sativa L.).

2.    Kerangka Pemikiran
Padi (Oryza sativa L.) merupakan bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, karena 95% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Indonesia pernah berhasil berswasembada beras pada tahun 1984. Tingginya konsumsi beras disebabkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia beranggapan bahwa beras merupakan bahan makanan pokok yang belum digantikan keberadaannya (Santoso, dkk. 2005).  Pada beberapa tahun terakhir ini, kita terpaksa mengimport beras dari negara – negara tetangga, sebab  produksi beras kita tidak mencukupi kebutuhan. Melihat kenyataan ini maka perlu upaya – upaya untuk menjaga produksi padi supaya tidak semakin merosot, tetapi justru perlu diupayakan sehingga kualitas produksinya semakin bagus (Dewi, dkk. _____)
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat Tropis dan Subtropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejian (Cina) sudah dimulai pada 3000 tahun SM (Purwono dan Purnamawati, 2009).
Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif berupa malai dan bunga. Organ-organ tanaman yang berfungsi mendukung atau menyelenggarakan proses pertumbuhan adalah bagian vegetatif. Termasuk ke dalam bagian ini adalah akar, batang dan daun. Organ generatif padi terdiri dari malai, bunga, dan buah padi (gabah). Awal fase generatif diawali dengan fase primordial bunga yang tidak sama untuk setiap varietas (Firmanto, 2011).
Batang padi berbuku dan berongga. Dari buku batang ini tumbuh anakan atau daun. Bunga atau malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara 10 - 20cm. Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang (anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma. Struktur aerenchyma seperti pipa yang memanjang hingga ujung daun. Aerenchyma berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran. Biji padi mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin dalam endosperm. Perbandingan amilosa dan amilopektin akan mempengaruhi mutu dan rasa nasi (Purwono dan Purnamawati, 2009).
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Class                : Monocotyledonae
Family             : Gramineae (Poaceae)
Genus              : Oryza
Spesies            : Oryza sativa L.
(Hanum. 2008)
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah Oryza sativa L dengan dua sub species yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varietas unggul padi yang saat ini banyak ditanam berasal dati hasil IRRI atau silangan dalam negeri. Varietas hasil silangan dalam negeri antara lain Ciherang, Cisadane, Cisanggarung, Cisantana, Cisokan, Citanduy, Citarum, Fatmawati, Sintanur, Winongo, dan Yuwono (Purwono dan Purnamawati, 2009).
Dalam penelitian ini jenis varietas padi yang digunakan adalah padi Ciherang. Padi Ciherang adalah varietas yang paling banyak ditanami karena memiliki beberapa kelebihan seperti umur tanam yang pendek, hanya 80-96 hari atau tiga bulan sepuluh hari, sehingga mempercepat panen dan meningkatkan produksi padi. Jenis padi Ciherang merupakan hasil persilangan IR 18349 - 53-1-3 -1-3/2*IR 19661-1-131-3-1-3/4*IR64 dengan golongan cere, umur tanaman 116-125 hari, bentuk tanaman tegak, warna kaki dan batang hijau, muka daun kasar pada sebelah bawah, kerontokan sedang, kadar amolisa 23%. Ciherang baik ditanam di lahan irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl. Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman. Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya (Suprihanto, dkk, 2009).
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang unik karena dapat tumbuh dalam keadaan tanah tergenang maupun pada tanah kering. Penanaman padi di lahan sawah biasanya dalam keadaan tergenang. Oleh karena itu tanaman memerlukan air dan juga ketersediaan unsur hara terlarut. Kebutuhan akan air terasa pada saat musim kemarau (Dewi, dkk. _____)
Irigasi secara umum didefinisikan sebagai pemberian air kepada tanah dengan maksud untuk memasok kelembaban tanah esensial bagi pertumbuhan tanaman. Air irigasi digunakan sebagai sarana yang sangat penting bagi tanaman untuk beberapa hal antara lain seperti  pelarut bahan makanan (unsur hara), pengangkut bahan makanan terlarut melalui akar ke tubuh tanaman, dan membantu proses fotosintesis (Nurrochmad, 2007). Tujuan umum irigasi adalah menjamin keberhasilan produksi tanaman dalam menghadapi kekeringan jangka pendek, mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab dengan pertumbuhan tanaman, mengurangi bahaya cekaman kekeringan, mencuci atau melarutkan garam dalam tanah, melunakkan lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah (Hanum, 2008)
Sofiyuddin, dkk (2010) menjelaskan bahwa kebutuhan air irigasi lebih rendah pada metode budidaya SRI (System of Rice Intensification) karena pemberian air dilakukan secara intermittent (terputus) menggunakan alternasi genangan dangkal (±2 cm) atau macak-macak hingga retak rambut. Penggenangan dangkal menghasilkan laju perkolasi yang lebih rendah sehingga kebutuhan air selama musim tanam menjadi lebih rendah dibandingkan genangan dalam (±10 cm) seperti pada budidaya konvensional. Selain itu, dengan adanya periode dimana tanah tidak dalam kondisi jenuh akan semakin baik sehingga produktivitas padi dapat meningkat.
SRI (System of Rice Intensification) merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanaman, tanah dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. (Suryanata, 2007 dan Anugrah dkk. 2008 dalam Sari, 2009). Penerapan SRI (System of Rice Intensification) berdasarkan atas lima komponen penting yaitu, penanaman bibit muda (6-12 hari setelah semai), bibit ditanam satu batang per lubang, jarak tanaman yang lebar (30 cm x 30 cm), kondisi tanah yang lembab (tidak tergenang) dan rutin dilakukan penyiangan untuk menghilangkan gulma serta meningkatkan aerasi tanah (Sutaryat, 2008 dalam Sari, 2009).
Purba (2009) menjelaskan bahwa metode SRI (System of Rice Intensification)  yang telah dikembangkan di kawasan Indonesia timur sejak beberapa tahun lalu itu terbukti mampu meningkatkan produksi beras hingga rata-rata 78 persen. (Anas dan Indra. 2008). Pada dasarnya SRI (System of Rice Intensification)  dan pengelolaan terpadu adalah sama, hanya strategisnya yang berbeda. Strategi SRI dipusatkan pada penggunaan pupuk organik yang diintegrasika dengan teknik pengairan berkala, akan mampu menyediakan hara untuk kebutuhan tanaman padi.
Paling tidak ada 16 unsur yang dibutuhkan tanaman. Diantaranya adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), potasium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), klor (Cl), Bron (B), tembaga (Cu), mangan (Mn), besi (Fe), seng (Zn), dan molibdenum (Mo). Beberapa unsur hara tersebut diperoleh tanaman dari tiga sumber, yaitu dari  udara, air, dan tanah. Unsur hara yang berasal dari udara antara lain karbon dalam bentuk CO2, oksigen dalam bentuk gas oksigen (O2). Dan hidrogen dalam bentuk gas H2O (Purwa, 2007). Sedangkan unsur – unsur hara lain diserap tanaman dari dalam tanah. Oleh karena itu penggunaan air limbah yang mengandung berbagai unsur untuk pengairan tanaman padi sangat memungkinkan (Dewi, dkk. ____).
Limbah adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang dikeluarkan atau dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industri maupun non-industri. Buangan industri adalah bahan buangan sebagai hasil sampingan dari proses produksi industri yang dapat berbentuk benda padat, cair maupun gas yang dapat menimbulkan pencemaran.  Sedangkan buangan non-industri adalah bahan buangan sebagai hasil sampingan bukan dari industri, melainkan berasal dari rumah tangga, kantor, restoran, tempat hiburan, pasar, pertokoan, rumah sakit dan lain-lain yang dapat menimbulkan pencemaran.(Harmayani dan Konsukartha, 2007).
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama (Hidayah dan Aditya. ____). Air limbah domestik (berasal dari pemukiman) terutama terdiri dari tinja, air kemih dan buangan air limbah lain (kamar mandi, dapur, cucian) yang kira – kira mengandung 99,9% air dan 0,1% zat padat. Zat padat yang ada terbagi atas 70% zat organik dan sisanya 30% zat anorganik terutama pasir, garam – garaman dan logam. Limbah domestik mencakup seluruh limbah rumah tangga yang dibuang ke dalam saluran pembuangan, termasuk limbah sejumlah besar industri kecil yang sulit diidentifikasi dan dihitung secara terpisah  (Yuniati, 2010).
Menurut Yuniati (2010), karakteristik air limbah domestik yaitu :
a.       Karakteristik Fisik
1)      Zat padat
Zat padat dalam air limbah adalah semua zat padat yang tetap tinggal sebagai residu pada pemanasan 103 – 105° C dalam laboratorium.
2)       Bau
Bau dalam air limbah disebabkan dalam gas – gas hasil dari dekomposisi zat – zat organik dalam air limbah. Air limbah yang baru tidak berbau atau sedikit berbau sedangkan air limbah yang lama dan membusuk sering berbau sangat menyengat hidung.

3)       Suhu
Air limbah pada umumnya mempunyai suhu yang lebih tinggi daripada suhu udara setempat. Suhu air limbah merupakan parameter penting, sebab efeknya dapat mengganggu dan meninggalkan reaksi kimia kehidupan akuatik.
4)      Warna
Air limbah yang baru biasanya bewarna abu – abu, namun apabila bahan organik mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme dan oksigen terlarut turun hingga nol, maka air limbah tersebut berubah warna menjadi hitam.
b.      Karakteristik Kimia
1)      Bahan organik
Bahan organik yang dijumpai dalam air limbah terdiri atas 65 % protein, 25 % karbohidrat, dan 10 % lemak atau minyak. Minyak dan lemak dapat dijumpai dalam air limbah domestik yang berasal dari makanan yang tidak dapat larut di dalam air melainkan mengapung di atas permukaan air sehingga menutupi permukaan air bila dibuang ke sungai. Lapisan ini dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.
2)      BOD (Biologycal Oxygen Demand)
BOD merupakan ukuran banyaknya oksigen dalam air yang digunakan mikroba air untuk menguraikan bahan organik baik langsung maupun tidak langsung .
3)      DO (Dissolved Oxygen)
DO adalah oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan di dalam air (ikan dan tanaman air). Konsentrasi oksigen terlarut bergantung pada suhu dan tekanan atmosfir, sehingga semakin tinggi suhu air maka semakin rendah kadar oksigen yang terlarut dalam air. Air limbah biasanya memiliki suhu yang lebih tinggi dari air biasa, sehingga air limbah memiliki oksigen yang terlarut lebih rendah daripada air biasa.
4)      COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan – bahan organik secara kimiawi yang terdapat di dalam air dengan sempurna. Kadar COD dalam air buangan rumah tangga adalah rendah, hal itu karena proses oksidasi dalam air kotor hanya memerlukan oksigen yang rendah.


5)      PH (Puissance d’Hydrogen Scale)
PH adalah ukuran yang menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan. Air limbah pada umumnya mempunyai Ph netral yang disebabkan adanya buffer air. Limbah atau air buangan rumah tangga mempunyai ph < 7 atau bersifat asam. Adapun pH yang baik untuk air minum maupun air limbah adalah netral (7).
c.       Karakteristik Biologi
Dalam air kotor mikroorganisme apathogen lebih banyak dibandingkan pathogen. Ciri – ciri biologis limbah merupakan hal yang penting dalam menentukan tingkat pencemaran, karena berbagai jenis bakteri yang terdapat di dalam air limbah sangat berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit.
d.      Karakteristik Zat Hara
Bahan padat yang terkandung dalam air limbah (0,1 %) berupa bahan padatan terambang, koloid dan terlarut yang terdapat dalam air limbah mengandung unsur hara tumbuhan yaitu Nitrogen, Fosfor dan Kalium serta unsur – unsur hara lainnya seperti Tembaga, Besi, Seng. Jumlah kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium dalam air limbah tidak terolah biasanya berkisar 1 – 100 mg/l (Nitrogen), 5 – 25 mg/l (Fosfor), 10 – 100 mg/l (Kalium).
3.     Hipotesis
            Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat ditarik hipotesis bahwa :
v  Air limbah domestik dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).
v  Pemberian pupuk dengan limbah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).
v  Pemberian tanpa pupuk dengan limbah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).

4.    Metode Penelitian
              Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) disusun secara faktorial, dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah takaran air limbah (L), yang terdiri atas 4 taraf yakni 0% (L0), 50% (L1), 75% (L2), dan 100% (L3). Faktor kedua adalah penggunaan pupuk (P) terdiri dari 2 taraf yakni pupuk (P1) dan tanpa pupuk (P2). Dengan demikian diperoleh 8 kombinasi perlakuan dan masing – masing diulang 3 kali.  
Kombinasi perlakuan tersebut adalah :
L0P1   L0P2   L1P1   L1P2                        
L2P1   L2P2   L3P1   L3P2
     Dengan adanya ulangan, maka dimungkinkan menguji signifikasi dapat dilakukan. Supaya uji signifikasi valid, maka diperlukan randomisasi. Randomisasi digunakan untuk menghilangkan bias yang disebabkan oleh pilih kasih dari penempatan sampel penelitian.
Peta Randomisasi :
L1P1U2
L0P1U3
L2P2U1
L0P2U3
L2P1U2
L0P2U2
L2P2U2
L1P1U1
L3P1U1
L1P2U3
L0P1U1
L0P2U1
L2P1U3
L0P1U2
L1P2U1
L3P1U2
L2P1U1
L1P1U3
L1P2U2
L3P2U2
L3P2U3
L3P1U3
L2P2U3
L3P2U1

4.1  Prosedur Penelitian
            Penelitian ini dimulai dari penyiapan lahan, penyemaian, penanaman, pemupukan hingga selesai panen.
1.      Penyiapan lahan
        Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, penggaruan, dan perataan. Sebelum diolah tanah digenangi air terlebih dahulu selama sekitar 7 hari. Setelah itu dilakukan pembajakan, penggaruan untuk kemudian diratakan. Kedalaman lapisan tanah olah berkisar 15-20 cm. tujuannya untuk memberikan media pertumbuhan padi yang optimal dan gulma darat terbenamkan dengan sempurna.
2.      Pemilihan benih
      Benih padi yang digunakan adalah varietas padi ciherang, sebelum disemai benih direndam terlebih dahulu dalam larutan air garam (200 gram/liter air). Benih yang mengambang dibuang, benih yang bagus ditiriskan lalu dicuci kemudian direndam kembali dengan air bersih selama 24 jam. Air rendaman diganti setiap 12 jam. Perendaman dimaksudkan untuk memecahkan dormansi. Benih kemudian dihamparkan dan dibungkus karung basah selama 24 jam. Bakal lembaga akan muncul berupa bintik putih pada bagian ujungnya. Hal tersebut menunjukan benih siap untuk disemai.
3.      Penyemaian
Benih disebar di atas lahan semai secara merata. Kondisi air dipertahankan tergenang hingga bibit siap dipindah tanamkan.

4.     Penanaman
      Saat penanaman kondisi lahan dalam keadaan tidak tergenang atau macak-macak. Jarak tanam sekitar 25 cm x 25 cm. bibit yang ditanam sekitar 3 batang /lubang. Penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam apabila ada bibit yang mati.
5.         Pengairan
Umur/fase tanaman
Pemberian air
Tanam – 14 HST
Diairi terus menerus setinggi 2-3 cm
14 HST
Kondisi tanah macak – macak (Kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang)
15 HST-20 HST
Polibag  kembali diairi terus menerus setinggi 2-3 cm
21 HST- 28 HST (Menjelang Berbunga)
Kondisi tanah macak – macak (Kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang)
29 HST - 34 HST (Menjelang Berbunga)
Polibag kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua.
35 HST - 40 HST (Fase Berbunga)
Polibag kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua.
41-20  HSP – panen
Polibag diairi kembali setinggi 1- 2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu”
20 HSP- panen
Kemudian Polibag kembali dikeringkan sampai saat panen tiba.

Keterangan :
HST : hari setelah tanam
HSP : hari sebelum panen   
6.         Pemupukan
     Pemupukan merupakan satu – satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman. Dengan adanya pemupukan, tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal (Purwa, 2007)
     Pada penelitian ini kami menggunakan pupuk majemuk. Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung dua atau tiga unsur hara primer (Purwa, 2007). Pada awalnya pemberian pupuk pertama dilakukan seperti memberikan pupuk pada pada umumnya. Tetapi untuk pemberian pupuk kedua menggunakan bagan warna daun (BWD).
Bagan warna daun (BWD) merupakan alat skala warna yang terbuat dari plastik, terdiri atas enam skala warna mulai dari skala 1 dengan warna hijau kekuningan hingga skala 6 dengan warna hijau tua, berukuran 7 cm x 19,50 cm. Skala tersebut diperhitungkan berdasarkan skala pada alat yang efektif digunakan sebagai petunjuk untuk pemupukan N pada tanaman padi. Alat ini dapat mendeteksi status kandungan N pada tanaman padi. Batas kritis skala warna daun dipengaruhi oleh varietas, cara tanam, populasi tanaman, dan status hara tanah (Wahid, 2003)
Pengamatan dilakukan dengan memilih secara acak 10 tanaman sampel yang sehat (tidak terinfeksi penyakit maupun terdapat gejala defisiensi/ keracunan hara selain N) dalam hamparan yang seragam. Alat diletakkan di belakang permukaan daun termuda yang sudah membuka, kemudian disesuaikan dengan skala warna sampai warna daun sama dengan warna alat.
Skala warna dicatat kemudian berpindah ke sampel tanaman lain hingga sampel ke-10. Apabila nilai rata-rata skala yang tercatat sama atau kurang dari skala yang ditentukan  yaitu empat (4), maka tanaman padi perlu segera dipupuk. Pada saat membaca skala warna, daun harus dihindarkan dari cahaya matahari langsung. Caranya pengamat membelakangi arah matahari sehingga daun terlindung oleh bayangan badan pengamat. Jumlah pupuk SP-36 dan KCl yang diberikan untuk pemupukan pertama (dasar) disesuaikan dengan takaran rekomendasi setempat. Pupuk diberikan sebelum tanam atau bersamaan dengan pemupukan N pertama yaitu pada umur 14 hari setelah tanam (HST), 21 hari setelah tanam (HST), dan 30 hari setelah tanam  (HST) (Wahid, 2003)



4.2  Peubah yang diamati
            Dalam penelitian ini, peubah yang diamati adalah:
v  Laju pertumbuhan tumbuhan :
-          Tinggi tumbuhan  
-          Jumlai Malai
-          Jumlah anakan
v  Berat basah dan kering gabah

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di sebuah screen house di Jalan Babakan Ciparay Gg. Situgunting Barat No. 01 Rt/Rw : 03/09  Bandung 40223. Dari bulan Juni – Oktober 2011.

4.4 Alat
v Screen house (Sebuah ruangan yang dibuat dengan tujuan agar keadaan atau pengaruh lingkungan adalah sama)
v Polybag dengan diameter 30 cm
v Termometer ruangan
v Penggaris 30 cm
v BWD (Bagan warna Daun)

4.5  Bahan
v Limbah Domestik yang sudah mengalami proses pengolahan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)  Bojongsoang dan bebas dari B3
v Varietas padi yang digunakan adalah padi Ciherang
v Tanah yang merupakan tanah gembur
v Sekam (sisa pelapukan jerami padi)
v Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk
v Air
       




4.6    Analisis Data
Menurut Brock and Madigan (1998) dalam Bahri (2010) menjelaskan persamaan yang beruhubungan dengan laju pertumbuhan tumbuhan yaitu :
 

 

Keterangan :
   Penelitian ini menggunakan analisis of varian (ANOVA) yang apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan.
S  =
LSR = SSR x S
            Rumus uji Duncan :
 

                                                                                                  
           
Keterangan :    r/n        = ulangan
                                    KTG    = kuadrat tengah galat
                                    SSR     = bisa dilihat dari tabel
Karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 30 maka digunakan uji t.
t =

 

           
                                                       
Analisis Ragam bagi Klasifikasi dua arah dengan interaksi
Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
Derajat Bebas
Kuadrat Tengah
f  hitung
Nilai tengah baris
JKB
t - 1
S  =
f1 =
Nilai tengah kolom
JK (BK)
c - 1
S  =
f 2 =
Interaksi
JK (BK)
(r-1) (c-1)
S  =
f3 =
Galat
JKG
rc (n-1)
S  =

Total
JKT
rcn - 1



            Rumus hitung jumlah kuadrat :
            JKT =  2ijk  
            JKB =  -  
            JKK =  -
            JK (BK) = -  +
            JKG = JKT – JKB – JKK – JK (BK)

4.7 Jadwal Pelaksnaan
            Terlampir










DAFTAR PUSTAKA

Anas, I. dan B. Setyawan. 2008.  Metode SRI Tingkatkan Produksi Beras 78 Persen. Available from URL : http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/34308/2/Metode%20SRI%20Tingkatkan%20Produksi%20Beras%2078%20Persen.pdf
Bahri, S. 2010. Firoremediasi Timbal (Pb) dalam Air Tercemar oleh Tumbuhan Air Great Duckweed (Spirodela polyrhiza). Jurnal Teknik Hidraulik. Vol.1 No,2 : 95 – 192
Dewi, dkk. ____. Kajian Pemanfaatan Air Limbah Industri Kawasan Jaten Karang Anyar, terhadap Pertumbuhan dan Serapan Logam Berat pada Berbagai Organ Tanaman Padi (Oryza sativa). Jurnal Caraka Tani. Volume 13. Hal 14
Dinata, A. 2009. Dasar Pertimbangan Air Limbah Rumah Tangga. Available from URL : http://arda.students-blog.undip.ac.id/2009/10/18/dasar-pertimbangan-pengolahan-air-limbah-rumah tangga /-diakses  -19-01-11
Evana. 2010. Pengertian Irigasi. Available from URL : http://blog.ub.ac.id/evananp/2010/05/14/pengertian-irigasi/- diakses-12-04-11
Firmanto, B,  Ir. 2011. Sukses Bertanam Padi secara Organik. Bandung : Angkasa
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Harmayani, K. dan Konsukartha. 2007. Pencemaran Air tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh. Jurnal permukiman tanah. Vol. 5 NO. 2 : 62 - 108
Hidayah E dan Aditya, W. ____. Potensi dan Pengaruh Tanaman Pada Pengolahan Air Limbah. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol.2 No. 2
Juliardi, dan Ade Ruskandar. 2006. Teknik Mengairi Padi Kalau Macak-Macak Cukup, Mengapa Harus digenang?. Available from URL : http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st130906-1.pdf-diakses-25-04-11
Kunia, B. 2009. Metode SRI Mudah dan Menguntungkan. Available from URL : http://belan.blogdetik.com/2009/03/15/metode-sri-mudah-dan-menguntungkan/-diakses-19-01-11
Mulyadi, A. 1999. Pertumbuhan dan daya Serap Nutrien dari Mikroalga Dunalilella tertiolecta yang Dipelihara pada Limbah Domestik. Jurnal Natur Indonesia 1I (1): 65 - 68
Nurrochmad, F. 2007. Kajian Pola Hemat Pemberian Air Irigasi. Jurnal Penelitian. No. XVII Hal 157 - 529
Purwa. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta : Agromedia Pustaka
Purba, R. 2009. Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa) dengan Metode Penanaman dan Perlakuan Berbagai Varietas. Jurnal Penelitian. Edisi 2, Hal 13 - 19
Purwono, Ir, MS dan Ir. Heni Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta : Swadaya
Sari, E. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Padi yang Ditanam dengan Metode  System of Rice Intensification (SRI) di Desa limo, Depok, Jawa Barat. [Skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.
Santoso, dkk. 2005. Analisis Usaha Padi Sawah (Oryza sativa) dengan Benih Sertifikasi dan Non Sertifikasi (Studi Kasus di DesacKarang Sari, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon). Jurnal Agrijati. Vol 1 No 1 Hal 52 - 64
Sofiyuddin, H, dkk. 2010. Pemberian Air Irigasi pada Budidaya Padi SRI di Musim Hujan dan Kemarau (Studi Kasus Petak Tersier CMA 5 KI, di Ciramajaya Tasikmalaya). Jurnal Penelitian. Vol. 1 No. 2 (95-192)
Suprihanto, B. dkk. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Subang: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Wahid, A. 2003. Peningkatan Efisiensi Pupuk Nitrogen pada Padi Sawah dengan Menggunakan Bagan Warna Daun. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 22(4)
Yuniati, I. 2010. Limbah Domestik. Available from URL : http://kayun.blog.uns.ac.id/-diakses-23-05-11
Yusuf, Guntur. 2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga dengan Simulasi Tanaman Air. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 8 No. 2, Agustus 2008. Hal. 136-144

Tidak ada komentar:

Posting Komentar